Khutbah Jumat Renungan Hidup Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 2022

Kastolani
Khutbah Jumat Renungan Hidup Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 2022 (ist)

SERANG, iNewsBanten - Khutbah Jumat renungan hidup menyambut tahun baru Hijriyah 1 Muharram 2022 /1444 H yang patut disimak sebagai panduan bagi Muslim.

Tak lama lagi umat Islam akan merayakan Tahun Baru Islam 1444 H yang jatuh pada 30 Juli 2022.

Bulan Muharram merupakan satu dari empat bulan mulia (haram) bagi umat Islam dan disebut juga sebagai bulannya Allah atau Syahrullah.

Menyongsong Bulan Muharram 1444 Hijriyah ini, Muslim dituntut untuk lebih baik lagi dalam beribadah dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Berikut khutbah Jumat renungan hidup Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 2022 tentang pentingnya hijrah dan peningkatan kualitas ketakwaan ditulis oleh KH Ade Muzaini Aziz، Lc, MA (Pengurus Lembaga Dakwah PBNU dan Pengasuh Perguruan Al Mu’in Tanggerang Banten) seperti dikutip iNews.id dari laman dakwahnu.id:

Khutbah pertama,

Jamaah Jum’ah rahimakumullaah. Imam Ali ibnu Abi Thalib karramallâhu wajhah, pernah berwejang kepada kita:

Artinya: Barang siapa yang hari ininya lebih baik dari hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ininya sama dengan hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ininya lebih buruk dari hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang celaka.

Dari nasihat imam Ali ra di atas, dapat kita petik pelajaran, bahwa Islam menghendaki pemeluknya untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidupnya, baik pada sisi material, intelektual, lebih lagi pada sisi moral-spiritualnya.

Jama’ah yang mulia

Berkenaan dengan wejangan Sayyidina Ali di atas, cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup  pada tahun 1444 H ini adalah dengan kembali bercermin dan meneladani ruh dan makna hijrah itu sendiri.

Hijrah menurut bahasa memiliki dua arti, pertama secara zhahiriy, yaitu perpindahan dari suatu tempat menuju ke tempat yang lebih baik. Dan kedua secara ma’nawiy, yaitu perubahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lebih baik. Hijrah yang berakar kata hajara juga memiliki arti meninggalkan/menjauhkan diri.

Ketiga sisi etimologis hijrah di ataslah, baik secara dhahiriyah maupun maknawiyah, yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat ra., dari kota Mekkah menuju Yatsrib (al-Madinah al-Munawwarah).

Lalu bagaimana berhijrah pada konteks kekinian? Hijrah adalah sebuah etos dan spirit yang harus terus dirawat dalam kehidupan. Hijrah adalah sebuah upaya keras (jihad) untuk memperbaiki kualitas hidup yang berisi dan menuju kepada kebaikan dan perbaikan, dalam bingkai peribadatan. Allah Swt Berfirman dalam surah an-Nisaa’ ayat 100:

Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat/cita-cita yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah dengan berusaha keras agar kehidupan diri, keluarga, masyarakat serta bangsa berjalan pada koridor yang diridhoi oleh Allah SWT, sesuai dengan tuntunan serta panduan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang diwarisi dan diajarkan oleh para ulama. 

Inilah satu-satunya cara, yang bila cara tersebut ditempuh, maka garansinya adalah suatu perubahan menuju kepada situasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik dan beradab, sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada kita pada ayat di atas.

Dalam berhijrah, secara lebih spesifik, Rasulullah berwasiat kepada kita:

Artinya: Dan orang yang berhijrah adalah orang yang telah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. (HR. Imam Al-Bukhari)

Wasiat Rasulullah di atas senada dengan apa yang telah Allah wajibkan dalam surah al-Muddatstsir ayat 5:

Artinya: Dan dari segala perbuatan dosa, maka hijrahlah (tinggalkanlah).

 Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah SWT

Memperkokoh niat dan mengoptimalkan daya upaya untuk menaati segala perintah dan larangan Allah, inilah esensi dari kewajiban hijrah. Semoga, pada awal tahun baru 1444 Hijriah ini, mengintrospeksi diri atas segala langkah yang telah kita ayunkan pada tahun 1443 H yang lalu, untuk kemudian mengoreksinya dan menjadikannya sebagai modal guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas ketaatan, sehingga tidak menjadi orang yang merugi, apalagi celaka. 

Wallahu A'lam.

 

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network