Pers Dibungkam! Aksi di Depan Gedung DPRD Kota Tangerang Gelar Teatrikal

Topan Bagaskara
Aksi Teatrikal di depan gedung DPRD Kota Tangerang

TANGERANG, iNewsBanten - Koalisi Aksi Jurnalis dan Mahasiswa Tangerang (KJMT) menggelar aksi di Gedung DPRD Kota Tangerang, Senin, 27 Mei 2024. Aksi gabungan ini diikuti dari berbagai organisasi pers, gabungan pers mahasiswa, organisasi mahasiswa dan organisasi pro-demokrasi. Mereka menolak RUU Penyiaran yang sedang dibahas di DPR.

 

Sebagai pilar keempat pada prinsip demokrasi, pers berperan sebagai watchdog journalism bagi ketiga pilar lainnya, seperti Eksekutif, Legistatif dan Yudikatif. Hal ini persis disampaikan oleh Ashabul Kahfi yang mengatakan RUU Penyiaran merupakan aksi anarkis yang dilakukan pemerintah.

 

"Ini adalah cikal-bakal Pers akan dibungkam. RUU penyiaran ini telah bertolak belakang dari nilai-nilai demokrasi. Karena itu tidak ada lagi yang perlu dilakukan kecuali satu kata, lawan," Ujar Kahfi dalam orasinya.

Hal yang unik dari aksi hari ini yakni adanya penampilan teatrikal yang diperankan oleh Dennis. Teatrikal diawali seorang pedagang menjajakan dagangannya berupa kasus-kasus yang terjadi di Indonesia.

 

 “Dijual-dijual, demokrasi rasa komunis, ada berita, ada berita kumpul. Ada 271 Triliun. Ada institusi yang sedang berkelahi, ada kasus pembunuhan belum kelar, dijual-jual," ucap Dennis dalam dialog teaternya.

 

Dennis salah satu jurnalis dan tergabung pada gabungan pers Kota Tangerang. Dalam teatrikal tersebut, ia menampilkan aksi yang mengundang perhatian, salah satunya oleh poster yang ada di hadapannya, "maaf kami sudah tidak berisik karna dibungkam", kemudian ia membiarkan lelehan lilin panas berjatuhan ke punggungnya sambil terus menabuh kaleng rongsok.

Menurut Hendrik, selaku koordinator lapangan. Ia menyampaikan bahwa teatrikal tersebut dihadirkan sebagai protes terhadap RUU Penyiaran.

 

Teatrikal Simbol Pembungkaman Pers

 

“Iya teatrikal tersebut memang ditampilkan sebagai simbolis dari kami (pers) yang sedang coba dibungkam oleh kekuasaan,” tegasnya.

 

Sebagai penutup teatrikal, Dennis menjelma menjadi binatang, lehernya diikat, mulutnya ditutup dengan plester, kemudian ia merangkak tanpa arah yang seolah-olah menggambarkan pembungkaman pers oleh kekuasaan. 

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network