Profil Buya Syafii Maarif, Cendekiawan Indonesia dari Minangkabau

Abroh Nurul Fikri
Presiden Joko Widodo saat menjenguk mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif (dok. Sekretariat Presiden)

SERANG, iNewsBanten.id - Prof Dr Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta pada hari ini Jumat (27/5/2022). Buya Syafii sempat dirawat di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya. 

Pria kelahiran Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935 ini anak bungsu dari 4 bersaudara. Ayahnya adalah kepala suku kaumnya. 

Ketika Buya Syafii berusia 1,5 tahun, ibunya meninggal dunia. Kemudian mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini dititipkan di rumah adik ayahnya. 

Sepulang sekolah, Pi'i, panggilan akrabnya semasa kecil belajar agama di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah.

Pada tahun 1953, Buya Syaffi merantau ke Jawa bersama dua adik sepupunya untuk belajar di sekolah Yogyakarta. Sesampai di Yogyakarta, beliau berniat meneruskan sekolah di Madrasah Muallimin. Namun tidak terwujud karena pihak sekolah menolak menerimanya dengan alasan kelas sudah penuh.

Tidak lama, beliau justru diangkat menjadi guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di sekolah tersebut. 

Usai lulus sekolah dari Muallimin pada 12 Juli 1956, beliau memutuskan untuk tidak meneruskan sekolahnya, terutama karena masalah biaya. Kemudian berangkat ke Lombok memenuhi permintaan Konsul Muhammadiyah dari Lombok untuk menjadi guru di Desa Pohgading.

Pada usai 22 tahun, Buya Syaffi melanjutkan pendidikan di Universitas Cokroaminoto, Surakarta dengan memperoleh gelar sarjana muda pada tahun 1964.

Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya untuk tingkat sarjana penuh (doktorandus) pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) dan tamat pada tahun 1968.

Selama kuliah, beliau juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di antaranya pernah menjadi guru mengaji dan membuka dagang kecil-kecilan bersama temannya. 

Kemudian beliau sempat menjadi guru honorer di Baturetno dan Solo. Selain itu, dia juga sempat menjadi redaktur Suara Muhammadiyah dan anggota Persatuan Wartawan Indonesia.

Semasa hidupnya beliau menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi termasuk di luar negeri seperti Dosen senior (pensyarah kanan) di Universitas Kebangsaan Malaysia pada 1990-1994 dan Profesor tamu di McGill University, Kanada pada 1992-1994.

Beliau juga sempat menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah pada 1995-1998 dan Ketua Umum PP Muhammadiyah pada 2000- 2005. Usai meninggalkan posisi jabatan Ketum PP Muhammadiyah, beliau lebih aktif di Maarif Institute yang juga didirikannya.

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network