SERANG, iNewsBanten - Pendidikan calon prajurit Kopassus (Komando Pasukan Khusus) paling mengerikan di antaranya digelar di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Selain dikenal sebagai tempat penjara dengan tingkat keamanan tinggi, Nusakambangan juga pulau yang jarang dijamah sehingga masih banyak hewan buas.
Sebelum resmi memakai baret merah, calon prajurit harus melewati beberapa tahapan pendidikan yang sudah pasti tidak mudah.
Ada tiga tahapan pendidikan yang harus diikuti calon prajurit Kopassus, yakni basic, hutan dan gunung, serta rawa dan laut. Setiap tahap pendidikan diisi materi teknik dan taktik pasukan khusus. Masing-masing memiliki tantangan tersendiri.
Dari ketiga tahap tersebut, rawa laut merupakan bagian akhir pendidikan Kopassus yang disebut paling mengerikan. Saking beratnya latihan, tahap ini juga dikenal dengan 'hell week' atau minggu neraka.
Dalam hell week, calon prajurit komando melakukan infiltrasi melalui rawa laut. Mereka harus mampu berenang melintas selat dari Cilacap ke Nusakambangan. Sederet pelatihan yang harus dilalui di tahap akhir ini meliputi navigasi, survival, pelolosan, renang ponco, dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Bagian paling berat adalah menyelusup ke daerah target operasi dengan berenang sejauh 1 kilometer dari Cilacap ke Nusakambangan. Pada sesi serangan fajar yang meliputi pelolosan, para calon prajurit harus bisa melewati berbagai rintangan berat tanpa bekal dan peralatan. Mereka harus tiba di titik tertentu sebelum pukul 22.00 WIB.
Jika tertangkap mereka akan dimasukkan ke kamp neraka dan diinterogasi layaknya tawanan perang sungguhan. Pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit tersebut demi mendapatkan informasi. Dalam kondisi seperti itu, sang tawanan harus tetap bertahan dan tidak boleh membocorkan informasi apa pun.
Di sinilah mental calon prajurit Kopassus diuji. Mereka harus siap menahan siksaan berat. Tiga hari lamanya para calon prajurit menjalani neraka kamp tahanan dengan berbagai gempuran fisik yang menguras daya tahan.
“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando diperlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar Konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” kata Pramono Edhie, dalam buku 'Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan' terbitan 2014.
Para calon prajurit yang berhasil melewati hell week inilah yang nantinya berhak menyandang baret merah kebanggaan pasukan elite Tni Angkatan Darat ini.
Editor : Mahesa Apriandi