iNewsBanten - Inilah 4 pelatih bulu tangkis Indonesia yang melatih di Amerika Serikat.
Indonesia adalah salah satu negara bulu tangkis terkuat di dunia. Wajar jika banyak pebulu tangkis Indonesia yang menjadi pelatih di luar negeri.
Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang cukup banyak mengambil pebulu tangkis Indonesia untuk dipekerjakan sebagai pelatih. Saat ini, kurang-lebih terdapat empat nama mantan pebulu tangkis Indonesia yang memutuskan untuk berkarier di Negeri Paman Sam.
1. Jenna Gozali
Namun, Jenna sempat mengalami cedera selama dua tahun yang membuatnya memutuskan vakum dari dunia bulu tangkis. Setelahnya, Jenna mendapatkan kesempatan untuk menjadi pelatih di Amerika Serikat.
Akhirnya, Jenna pergi ke Amerika Serikat pada 2016 silam demi melatih klub yang bermarkas di San Francisco, Bay Badminton Center. Meski menjadi pelatih di Amerika Serikat, Jenna tidak meninggalkan kewarganegaraan Indonesia.
2. Halim Haryanto
Halim memutuskan keluar dari dunia bulu tangkis Indonesia karena mendapat tawaran untuk melatih dan melanjutkan sekolah di Negeri Paman Sam. Saat ini, Halim memutuskan untuk bergabung dengan klub Amerika Serikat, East Bay Badminton.
Ketika masih berada di naungan pelatnas sebagai pemain, Halim memiliki prestasi yang sangat baik. Dia menjuarai All England 2001 bersama Tony Gunawan dan menjadi juara dunia 2004 dengan Sigit Budiarto.
3. Arya Maulana Aldiartama
Arya dan Kevin sempat menunjukkan kemampuannya di level junior setelah meraih medali perunggu di Asian Junior Championship 2013. Selain itu, mereka juga meraih medali emas pada ASEAN University Games 2014 silam.
Namun, pada 2017, Arya mengambil langkah besar di dunia bulu tangkis dengan menjadi pelatih di Amerika Serikat. Tak hanya berperan sebagai pelatih, Arya pun sesekali mengikuti beberapa turnamen lokal dan internasional di sana.
4. Tony Gunawan
Setelah pensiun, Tony akhirnya memilih untuk menjadi pelatih bulu tangkis pada 2011. Pria berusia 47 tahun itu pun akhirnya mendirikan sebuah akademi bulu tangkis, Global Badminton Academy, di Amerika Serikat.
Pada awalnya, akademi tersebut cukup sepi peminat dengan hanya memiliki empat murid pada tahun pertama. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, akademi itu pun makin berkembang dan murid-murid yang berlatih di sana terus bertambah.
Editor : Mahesa Apriandi