iNewsBanten - Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun setelah kemerdekaan nya, Indonesia masih harus menghadapi berbagai peristiwa pergolakan. Salah satunya adalah peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September pada 1965.
Peristiwa G30S/PKI merupakan peristiwa sejarah pergolakan yang menewaskan 7 Pahlawan Revolusi. Mereka adalah Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Letjen M.T. Haryono, Letjen Anumerta Raden Suprapto, Letjen Anumerta Siswondo Parman, Mayjen Anumerta Donald Ignatius Panjaitan, Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean.
Sebetulnya, ada target lain dalam Gerakan 30 September 1965 ini, yaitu A.H. Nasution. Kendati begitu, dia selamat dari upaya pembunuhan ini.
Dikutip dari Buku Ajar Sejarah Nasional Indonesia VI karya Syarifuddin, A.H. Nasution sebetulnya menjadi sasaran dalam G30S/PKI. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Pierre Andreas Tendean justru tewas dalam insiden berdarah ini.
A.H. Nasution selamat dari peristiwa G30S/PKI karena sekilas dalam kegelapan wajah Pierre Tendean mirip dengannya, sehingga ajudannya itulah yang menjadi target penculikan.
Selain itu, Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah wakil perdana menteri II dr. J. Leimena yang kediamannya berada di dekat rumah A.H. Nasution, juga ikut terbunuh. Menurut Poesponegoro & Notosusanto (2010), Satsuit Tubun sempat melawan saat akan dilucuti oleh para penculik yang hendak masuk ke rumah Jenderal A.H. Nasution.
Sementara, Ade Irma Suryani tertembak ketika putri A.H. Nasution itu dititipkan ke tangan adik sang jenderal.
Mengutip dari berbagai sumber, saat PKI mengepung rumah mereka, Ade Irma awalnya digendong istri A.H. Nasution, Johanna Sunarti dalam melarikan diri dari tembakan. Beberapa waktu setelah sang ibu menitipkan Ade Irma ke tangan adik A.H. Nasution, sejumlah tembakan dilepaskan.
Editor : Mahesa Apriandi