QATAR, iNewsBanten - Kisah miris ini bermula saat Fadi Jaber, pemain bola asal Palestina yang bergembira atas informasi terkait Qatar memenangkan tawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
kisah impian pesepakbola asal Palestina sirna untuk hadir di Piala Dunia Qatar 2022 yang terhalang blokade Israel. Ajang bergensi 4 tahunan cabang olahraga satu ini memang didambakan oleh para atlet maupun para pecinta si kulit bundar.
Namun, ada banyak kisah menarik bahkan miris yang mengiringi ajang yang akan digelar pada 20 November hingga 18 Desember 2022 itu. Salah satunya adalah sirnanya harapan pesepakbola asal Palestina.
Rakyat Palestina tak bisa memeriahkan Piala Dunia 2022 di Qatar karena blokade Israel (Foto: REUTERS)
“Itu adalah momen yang luar biasa, pertama kalinya sebuah negara Arab akan menjadi tuan rumah Piala Dunia,” kata Fadi, melansir dari laman Al Jazeera pada Selasa (18/10/2022)..
Pemain yang debut bersama klub lokal di Jalur Gaza ini menjadi bagian dari tim nasional Palestina. Sayangnya, pemain berusia 32 tahun itu bersama rekan setimnya sadar bahwa tim mereka akan sulit merealisasikan. Bukan tentang teknik bermain melainkan terkait pembatasan yang dilakukan Israel untuk warga Gaza bepergian.
Ya, selama 15 tahun, Palestina telah diblokade oleh Israel sehingga hak untuk bepergian bagi warganya di Jalur Gaza dibatasi. Oleh sebab itu, rencana pergi tak akan bisa direalisasikan.
Sejak 2007, blokade Israel telah menjadi hambatan besar bagi lebih dari dua juta warga Gaza yang menghadapi pembatasan ketat pada aktivitas mereka. Bahkan, organisasi hak asasi manusia menggambarkan daerah miskin itu sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.
Tentunya pembatasan yang dilakukan Israel berdampak signifikan pada dunia olahraga, termasuk pemain sepak bola yang menghadapi kesulitan mobilitas, sementara mereka perlu melakukan perjalanan keluar dari Gaza untuk bergabung dengan turnamen sepak bola.
Alhasil, Fadi Jaber dan tim tak bisa mengikuti turnamen baik kejuaraan lokal, nasional, hingga internasional.
“Rekan-rekan pemain saya dan saya selalu meratapi peluang yang terlewatkan yang bisa mengubah hidup kita sebagai pesepakbola," ujarnya.
“Pesepakbola Palestina dari Gaza semakin tertindas. Kami adalah bagian dari rakyat Palestina, dan kami tunduk pada pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap kami,” pungkasnya.
Editor : Mahesa Apriandi