SERANG, iNewsBanten - Apa itu nolep? bahasa gaul yang viral di sosial media memiliki pengaruh besar dalam kehidupan.
Akhir-akhir ini mungkin kita sering melihat atau mendengar seseorang mengatakan “nolep”. Sebenarnya apa arti nolep itu?.
Nolep berasal dari plesetan frasa berbahasa Inggris, yaitu “no life”. Sekilas, saat seseorang akan mengatakan no life akan terdengar menjadi nolef atau lebih jauh menjadi nolep. Dalam terjemahannya ke Bahasa Indonesia, no life memiliki arti tidak ada kehidupan, tidak hidup, hidup yang tidak berguna, hidup tidak berarti atau sejenisnya.
Jadi arti nolep dalam bahasa gaul anak muda masa kini berarti tidak ada kehidupan. Biasanya kata nolep digunakan seseorang untuk melakukan bully, meremehkan, merendahkan atau sejenisnya. Biasanya hal itu dilakukan oleh anak gaul kepada anak muda yang lebih banyak menyendiri, terlihat bodoh atau paling sering digunakan pada para pecinta jejepangan alias wibu.
Orang yang tergolong nolep ini biasanya merupakan orang yang cenderung malas untuk bersosialisasi dan memilih menyendiri. Karena kebiasaannya ini, orang nolep jarang memiliki teman. Namun kadang orang nolep juga iri ketika melihat teman-temannya bermain atau berkumpul. Meski demikian, orang nolep enggan untuk meninggalkan zona nyaman kesendirian dan mulai bersosialisasi dengan orang lain.
Sebagai orang nolep, orang lain lain akan memandang orang nolep sebagai orang yang tertutup. Agar bisa berubah menjadi orang yang tidak nolep lagi, baiknya orang nolep harus belajar lebih terbuka kepada orang lain. Cara yang paling simpel untuk mulai terbuka adalah dengan keluar untuk hangout atau sebatas mencari kesibukan seperti membaca buku di perpustakaan, berolahraga, rekreasi atau sebagainya. Hal tersebut akan membuka peluang yang lebih besar untuk kamu yang nolep dapat berinteraksi dengan orang lain.
Itulah arti dari bahasa gaul yang viral di sosial media, nolep.
Artikel ini telah tayang dengan judul https://lifestyle.okezone.com/read/2023/02/07/612/2760624/apa-itu-nolep-bahasa-gaul-yang-viral-di-sosmed
Editor : Mahesa Apriandi