CILEGON, iNewsBanten - BPBD Kota Cilegon menyiapkan langkah-langkah kesiapsiagaan untuk mengantispasi dampak El Nino yang akan mencapai puncaknya pada Agustus sampai dengan September 2023.
Menurut Kepala Pelaksana tugas (Plt) Pelaksana (Kalak) BPBD Kota Cilegon,Agus Ubaidillah, langkah-langkah antisipasi untuk mengantisipasi damapk El Nino seperti tertuang dalam surat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Pada intinya, mengambil langkah-langkah penguatan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat terkait ancaman kekeringan ,” kata Agus Ubaidaillah, pada Kamis, 10 Agustus 2023.
Dia menjelaskan, langkah-langkah antisipasi dampak El Nino yang dilakukan antara lain mengidentifikasi seberapa luas daerah potensi terdampak kekeringan.
Selain itu, memberikan eduaksi kepada masyarakat terkait dampak kekeringan karena El Nino, sehingga masyarakat dapat menghemat penggunaan air bersih dan juga melakukan budidaya pertanian yang tidak membutuhkan air banyak.
“Tentu menyiapkan logistik dan peralatan seperti tangki air bersih dan pompa air di lokasi yang membutuhkan,” Terangnya.
Sesuai dengan pernyataan Kepala BMKG, kata dia, dampak perubahan iklim yang semakin besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi.
Mengacu penjelasan BMKG, bahwa fenomena El Nino yang terjadi membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.
Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.
"Puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September, dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022," Ungkapnya.
Salah satu yang mendapat prhatian adalah sector pertanian yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim ini.
Selain perubahan pola curah hujan, kata dia, kenaikan suhu udara telah menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan.
“Kejadian iklim ekstrem seperti banjir dan kekeringan, tentu ini menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas,” katanya lagi.
Upaya dan langkah-langkah lainnya yang perlu diantisiapsi adalah ancaman kebakaran semak,hutan, lahan dan perumahan.
“Kami tentu mengidentifikasi titik-titik yang berpotensi terjadi kebakaran, dan memberikan edukasi juga kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan ketika membuka atau membersihkan lahan,” Tutupnya.
Editor : Mahesa Apriandi