JAKARTA, iNewsBanten - Ada kisah sosok luar biasa dibalik gemerlapnya industri ekspor-impor di Indonesia. Seorang pengusaha muda yang tidak hanya berhasil mengukir namanya dalam dunia bisnis internasional, tetapi juga melewati perjalanan hidup penuh perjuangan.
Namanya Khansa Fadli Hutomo, sosok anak yatim, mampu membalikkan keadaan sulit menjadi peluang sukses yang mengesankan.
Perjalanan Awal di Tengah Pandemi
Pada tahun 2020, di tengah pandemi global yang melanda, Khansa memulai perjalanan bisnisnya dengan mengimpor Whey Protein dari Amerika ke Indonesia. Berbicara tentang awal perjalanannya, Khansa mengungkapkan, "Waktu itu, ekonomi keluargaku sedang kurang stabil, maka dari itu aku harus memutar otak untuk gimana caranya membantu orangtuaku bayar sekolah. Tapi alhamdulillah, aku kebetulan dapat rezeki saat covid dari proyek impor Whey Protein itu," tutur Khansa.
Keberhasilan proyek pertamanya tidak hanya membuka jalan bagi kesuksesan bisnisnya, tetapi juga memberikan inspirasi untuk terus berkembang. Dengan pandemi yang melanda, Khansa melihat peluang bisnis dalam biaya kirim yang murah dari Amerika, karena banyak kontainer dari seluruh dunia yang menumpuk di Amerika.
Perjalanan Pendidikan dan Bisnis
Setelah beberapa semester di Amerika, Khansa memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan niat membangun usaha dan mengumpulkan dana untuk melanjutkan studi. Di tanah air, Khansa mengembangkan usaha pertamanya, sebuah merek sepatu pria bernama Leiden. Dengan latar belakang jurusan desain produk, Khansa berharap dapat menyalurkan keahliannya ke dalam bisnis sepatu ini.
"Di bisnis sepatu, banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti tren, penelitian dan pengembangan, serta masalah penjualan. Aku masih awam waktu itu, jadi pembelajarannya harus ekstra," ungkap Khansa.
Meskipun menghadapi tantangan, dia tidak menyerah dan terus berusaha yang terbaik.Setelah beberapa waktu, Khansa memutuskan untuk beralih kembali ke industri ekspor-impor yang telah membuka pintu kesuksesannya. "Alhamdulillah, setelah 3 tahun merintis ini, banyak pencapaian yang telah terjadi dalam hidup saya. Saya bisa nabung, mengembangkan bisnis, dan yang terpenting, saya bisa sekolah dari bisnis ini," tambahnya.
Kembali Berbisnis di Bidang Ekspor-Impor
Khansa merasa memiliki passion di industri ekspor-impor dan lebih leluasa mengembangkan diri di sana. Meski telah mengalami pasang surut dalam bisnis sepatu, keputusannya untuk kembali ke akar bisnisnya membuktikan bahwa kegigihan dan konsistensi adalah kunci sukses.
"Di bidang ekspor-impor, saya merasa punya passion. Saya merasa inilah jalan rezeki saya. Selain itu saya mendapatkan Network dan Networtk yang sangat baik di bidang ini. Mulai dari mendapatkan banyak relasi yang sangat luas dari bisnis ini, sampai project-project ekspor yang saya kerjakan,” tambah Khansa.
Aktif di Organisasi
Khansa tidak hanya berkecimpung di dunia bisnis tetapi juga aktif di beberapa organisasi. Saat ini, dia menjabat sebagai Ketua Bidang 12 (Investasi dan Hubungan Antar Daerah) di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jakarta Selatan. Selain itu, Khansa juga aktif di Persatuan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) sebagai Sekretaris Jendral PPID Kawasan Amerika-Eropa.
“Organisasi adalah salah satu hobi saya, saya sangat senang menambah relasi dan berjejaring, sekaligus mempererat tali silaturahmi. Menurut saya, berjejaring merupakan salah satu hal yang penting dalam hidup. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi ya Kembali ke fitrahnya saja, hidup ini tidak akan sempurna tanpa adanya sosialisasi," tandas Khansa.
Menghormati Sosok Ibu
Latar belakang keluarga Khansa memberikan warna tersendiri pada perjalanan hidupnya. Ditinggal meninggal oleh ayahnya sejak usia 4 tahun, Khansa dibesarkan oleh ibunya yang juga memulai usaha sendiri setelah kepergian sang ayah. Mengikuti jejak ibunya, Khansa merintis usahanya sendiri dan kini membantu mengembangkan perusahaan ibunya.
"Saya sangat menaruh penghargaan yang tinggi pada ibu saya. Beliau adalah guru dalam berbagai pelajaran hidup, terutama tentang usaha. Ibu selalu mendukung saya," Tutup Khansa.
Editor : Mahesa Apriandi