PANDEGLANG, iNewsBanten - Federasi Ujung Pena Mahasiswa (FUMA) STISIP Banten Raya menggelar kembali kegiatan Diskusi Seputar Isu Sosial dan Politik di halaman kampus, pada Sabtu (06/04/2024).
Kegiatan yang mengangkat tema "150 Tahun Pandeglang Akan di Bawa Kemana?" tersebut dihadiri oleh Kabag Kemahasiswaan STISIP Banten Raya, dan beberapa perwakilan dari Organisasi Kepemudaan di Pandeglang.
Antara lain Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Wilayah Pandeglang, Serikat Mahasiswa Muslim Indonesia (SEMMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Alumni STISIP Banten Raya.
Salah satu pembahasan yang mereka angkat ialah soal sistem pendidikan yang belum cukup optimal, pelayanan kesehatan yang belum merata, keterwakilan pemuda dalam berpolitik, dan pemanfaatan sumber daya alam oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan data yang dilansir Pelajar Islam Indonesia dari berbagai media, ada sebanyak 11.340 pelajar di Kabupaten Pandeglang yang mengalami putus sekolah. Mereka heran dengan angka yang cukup besar tersebut.
"Padahal Pendidikan itu cukup penting. Makanya setelah Nagasaki dan Hiroshima di bom, bukankah pemulihan awalnya itu melalui Pendidikan? Penting pendidikan itu," disambung oleh Ketua Umum Kumala PW Pandeglang, Muhammad Awaluddin, dalam sesi diskusi ikut menegaskan.
Tak hanya itu saja, sektor kesehatan juga mendapat sorotan tajam dari perwakilan Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah Pandeglang. Di usia nya yang sudah 150 Tahun, harusnya kabar ibu-ibu hamil ditandu itu tidak ada.
Masyarakat sudah harus lebih sejahtera, mengingat umur tua itu identik dengan kemumpunianya dalam mengatur dan mengurusi berbagai permasalahan.
Sementara itu, perwakilan Semmi Pandeglang, Supriyadi, memandang pemuda Pandeglang belum cukup optimal dalam memainkan peran dan fungsinya di sektor Politik.
Karena menurut mereka, politik itu bukanlah barang yang kotor. Justru politik punya peran yang cukup besar dalam membangun peradaban manusia.
Dalam acara tersebut juga Zaenal Arifin Selaku Alumni STISIP Banten Raya sangat mengapresiasi cara FUMA dalam merawat tradisi berfikir yang kritis dan konstruktif untuk Pandeglang yang lebih baik, beliau juga memberikan beberapa saran pada diskusi tersebut diantaranya adalah dalam pertemuan selanjutnya agar dibuatkan naskah akademik yang utuh dan representatif agar kajiannya lebih terarah, yang kedua agar bisa dihadirkan Tokoh tokoh yang siap berkontestasi agar masyarakat bisa memahami niat, visi serta misi mereka kedepan dalam membangun Pandeglang.
"Mahasiswa sebagai kontrol sosial juga harus terus mengawal kebijakan pemerintah daerah Pandeglang agar selalu berpihak pada kepentingan masyarakat," harapnya.
Kabag Kemahasiswaan STISIP Banten Raya, Mohamad Iyos Rosyid, mengaku kegiatan yang diadakan oleh FUMA STISIP Banten Raya ini cukup efektif untuk merawat nalar Mahasiswa.
"Asalkan harus ada solusi yang bisa ditawarkan setelah beres kegiatan, biar ada finishing nya, atau gerakannya kongkrit," lanjutnya.
Ia juga berharap agar kegiatan tersebut dapat berkelanjutan, sehingga fungsi dan peran mahasiswa sebagai agen of control, dan agent of change nya dapat terus terawat dengan baik.
Editor : Mahesa Apriandi