Tinggal di Rumah Hampir Roboh, Kusniah Warga Cikande Tak Pernah Tersentuh Bantuan Pemerintah
Mereka tinggal di rumah semi permanen yang nyaris ambruk. Setiap malam, keluarga ini harus mengungsi ke rumah kerabat karena takut rumah mereka runtuh. "Kalau hujan bocor semua. Malam kami ngungsi, takut ambruk," tutur Kusniah saat ditemui iNewsBanten, Kamis (19/6/2025).
Bangunan tempat mereka berteduh hanya terbuat dari bata ringan bekas limbah pabrik yang dikumpulkan seadanya. Tidak ada pondasi kokoh, tak ada plafon, dan atapnya pun lapuk dimakan waktu. Kondisinya kian mengkhawatirkan, namun Kusniah tak punya pilihan.
Suaminya hanya buruh bangunan serabutan tanpa penghasilan tetap. "Kadang sampai berbulan-bulan nggak ada kerjaan. Kalau saya, paling bantu cuci pakaian tetangga,” ucap Kusniah, dengan suara pelan.
Ironisnya, Kampung Nambo berada di antara kawasan industri besar. Namun akses kerja untuk warga miskin seperti Kusniah nyaris mustahil. "Kalau mau kerja di pabrik harus bayar dulu belasan sampai puluhan juta. Dari mana kami dapat uang segitu?" keluhnya.
Kondisi ini semakin menyayat hati karena dua anaknya hanya lulus SD, tak bisa melanjutkan ke SMP akibat keterbatasan biaya. Untuk kebutuhan makan pun, keluarga ini mengandalkan uluran tangan tetangga dan saudara.
Yang lebih tragis, sejak tinggal di rumah tersebut, Kusniah belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Tidak ada program bedah rumah, tidak ada bansos, apalagi pemberdayaan ekonomi.
“Kami warga negara juga, tapi kenapa nggak pernah dilihat? Rumah ini sudah hampir ambruk, tapi belum pernah ada petugas yang datang,” ujar Kusniah.
Kusniah berharap ada perhatian dari pemerintah, khususnya Pemkab Serang dan Pemprov Banten, agar keluarganya bisa hidup lebih layak.
“Saya cuma ingin rumah kami bisa diperbaiki. Anak-anak bisa sekolah dan punya masa depan. Kami nggak minta macam-macam, cuma ingin hidup layak,” tutupnya dengan mata berkaca-kaca.
Editor : Mahesa Apriandi