Drama Penertiban Pasar Rau: PKL Angkat Kaki, Warga Bersorak Gembira, Kenapa?
SERANG, iNewsBanten.id – Suasana Pasar Rau Kota Serang berubah drastis, Selasa (29/7/2025). Ratusan lapak pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini berdiri di atas saluran drainase Blok M hingga Terminal Cangkring dibongkar oleh aparat gabungan. Petugas dari Satpol PP, TNI, dan Polri menertibkan setidaknya 300 kios demi membuka kembali aliran air yang selama ini tersumbat.
Sebagian pedagang tampak pasrah. Tak sedikit dari mereka yang memilih membongkar sendiri bangunannya, meski harus kehilangan tempat usaha yang sudah lama mereka tempati.
“Saya sementara berhenti jualan. Disuruh pindah ke lantai satu, tapi di sana sempit, panas, dan sepi pembeli. Beda sama di luar yang rame. Tapi mau gimana lagi,” tutur Yadi, pedagang ayam yang mengaku biasa menjual hingga 1,5 kuintal per hari di lokasi lama.
Nasib serupa dialami Siti, penjual nasi yang juga harus angkat kaki dari lokasi. “Saya bingung, sedih juga. Soalnya dari dulu sudah biasa jualan di situ. Sekarang harus adaptasi lagi,” katanya dengan suara lirih.
Namun di tengah keluhan para pedagang, penertiban justru mendapat dukungan luas dari warga sekitar. Aksi spontan dilakukan warga RW 18 dan RW 21 Kelurahan Rau Timur yang menyuarakan dukungan penuh terhadap upaya normalisasi drainase dan penataan kawasan pasar.
“Kami sudah terlalu sering kebanjiran gara-gara aliran air mampet. Banyak bangunan liar tutupin drainase. Jadi kami dukung pembongkaran ini,” ujar Muhamad Yusuf, Ketua RT 01 RW 18 sekaligus koordinator aksi warga.
Menurutnya, pembongkaran justru membawa harapan baru bagi warga. Mereka ingin lingkungan lebih bersih, bebas banjir, dan kawasan pasar lebih nyaman bagi semua pihak, termasuk pembeli.
Langkah ini merupakan bagian dari program penataan kawasan pasar yang digulirkan Pemkot Serang, seiring upaya normalisasi aliran Sungai Cibanten yang kerap meluap saat hujan deras. Pemerintah berharap kondisi ini bisa mencegah bencana banjir serta meningkatkan kenyamanan dan keamanan aktivitas perdagangan di jantung ekonomi Kota Serang.
Editor : Mahesa Apriandi