Harapan dari Balik Tenda: Warga Binaan Belajar Bangun Hidup Baru Lewat Perkemahan di Lapas Serang
SERANG, iNewsBanten – Matahari baru naik ketika derap langkah warga binaan memenuhi lapangan Lapas Kelas IIA Serang. Bukan untuk apel tahanan, tapi untuk memulai sesuatu yang berbeda: perkemahan.
Lapangan utama lapas berubah menjadi arena pembinaan karakter. Tenda-tenda pramuka berdiri, aba-aba baris-berbaris terdengar bersahut-sahutan, dan suara takbir menyelip di sela kegiatan pembinaan keagamaan. Inilah Perkemahan Satya Dharma Bhakti Pemasyarakatan 2025—bukan sekadar kegiatan seremonial, tapi ruang belajar bagi mereka yang sedang menata hidup.
Sebanyak 10 warga binaan dari berbagai Lapas, Rutan, dan LPKA di Banten terlibat dalam kegiatan ini. Mereka berbaur tanpa seragam oranye, tanpa borgol. Yang mereka kenakan adalah semangat dan harapan baru.
“Ini kali pertama saya ikut kegiatan seperti ini. Rasanya seperti bukan di dalam penjara,” ucap R, seorang peserta dari Rutan Rangkasbitung yang sudah menjalani dua tahun masa hukuman. Ia mengaku belajar kembali soal disiplin dan kebersamaan.
Kegiatan dimulai dengan pembekalan dasar-dasar kepramukaan oleh Kwartir Daerah Pramuka Banten, dilanjutkan dengan latihan baris-berbaris bersama Kodim 0602/Serang, hingga sesi refleksi spiritual. Di akhir kegiatan, mereka mengikuti lomba dan diskusi terbuka tentang makna perubahan.
Kepala Kanwil Ditjenpas Banten, Muhammad Ali Syeh Banna, yang hadir langsung membuka kegiatan, mengatakan pendekatan pembinaan seperti ini memberi ruang bagi warga binaan untuk belajar bertanggung jawab, berorganisasi, dan mengenal kembali jati dirinya.
“Penjara tak cukup hanya untuk menghukum. Harus juga mendidik. Supaya setelah mereka keluar, tidak kembali lagi ke sini,” ujarnya, saat diwawancarai. Rabu (30/7/2025).
Di balik tenda dan sorak tepuk tangan, ada cita-cita sederhana: ingin pulang dengan diri yang lebih baik. Tidak semua warga binaan punya kesempatan seperti ini, dan para peserta menyadari itu. Maka mereka serius.
“Kalau saya bebas nanti, saya ingin bantu adik-adik di kampung buat kegiatan pramuka juga. Biar mereka gak salah jalan seperti saya,” kata T, peserta lain, suaranya lirih namun mantap.
Perkemahan ditutup menjelang sore. Tak ada api unggun, tapi semangat dan bara perubahan sudah menyala dalam dada masing-masing peserta. Di balik pagar tinggi dan kawat berduri, semangat menjadi manusia seutuhnya tetap tumbuh.
Editor : Mahesa Apriandi