Kapal itu awalnya terparkir di pelabuhan Ulee Lheue. Usai diseret gelombang tsunami, kapal berpindah ke pusat perumahan warga di Punge Blang Cut, Banda Aceh.
Banyaknya korban ini disebabkan banyaknya masyarakat yang berkumpul di pantai usai gempa. Pasalnya, saat itu ada fenomena unik air laut yang surut pascagempa.
Hal inilah yang membuat sebagian masyarakat di daratan Aceh antusias pergi ke pantai mengumpulkan ikan yang tergeletak.
Ketika air tsunami surut, mayat-mayat tergeletak di antara puing-puing bangunan. Ada sekitar 170.000 warga tewas akibat bencana alam tersebut.
Sehari setelah kejadian, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bencana alam tsunami Aceh ini sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi.
Jumlah korban dari peristiwa alam tsunami Aceh tersebut disebut mencapai 230.000 jiwa. Jumlah itu tak hanya dari Indonesia namun juga dari negara-negara lain yang turut mengalami bencana ini seperti Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Artikel ini pernah tayang di iNews id.
https://Aceh.inews.id/berita/18-tahun-tsunami-aceh-bencana-alam-terbesar-di-indonesia
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait