SERANG, iNewsBanten - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, hari ini, Selasa (11/4/2023). Masa pembebasan Anas ini disambut antusias para pendukung hingga menyita perhatian publik.
Bahkan, ribuan pendukung Anas dijadwalkan datang ke Lapas Sukamiskin, menunggu momen bersejarah tersebut. Beberapa di antaranya yakni kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi di mana Anas pernah menjadi ketua umum.
Sesuai rencana, mereka siap tumpah ruah di depan gerbang lapas Sukamiskin, menyambut kemerdekaan Anas. Dengan pakaian warna putih, para loyalis Anas Urbaningrum siap memutihkan Lapas Sukamiskin.
Peristiwa penyambutan oleh massa di depan Lapas Sukamiskin Bandung itu, mengingatkan kejadian 92 tahun silam, yakni tepatnya 31 Desember 1931, di mana Soekarno atau Bung Karno bebas dari hukuman kolonial Belanda. Massa dengan semangat meluap-luap menyambut kemerdekaan Soekarno dari penjara Sukamiskin.
Dari pihak keluarga yang menjemput langsung adalah Inggit Garnasih, istri Soekarno. Inggit ditemani Thamrin.
“Bahkan anggota PNI Baru seperti Soeka, Maskoen, Inoe Perbatasari, Moerwoto dan Hamdani berada di antara mereka yang menyambutnya di gerbang Sukamiskin,” demikian dikutip dari buku Soekarno Bapak Indonesia Merdeka (2003).
Pada hari menyambut kebebasan Soekarno itu, digelarlah dua acara resepsi di Bandung. Resepsi pertama berlangsung di rumah Gatot, di mana massa tumpah ruah.
Resepsi kedua di rumah Inggit. Kedua acara yang berlangsung sampai pagi hari itu, disiapkan oleh Thamrin. Soekarno terlihat begitu bersemangat. Di depan rakyat yang dipimpinnya, ia ibarat keris yang dikeluarkan dari sarungnya, lebih ampuh dari sebelumnya.
Keesokan harinya, Soekarno langsung bertolak ke Surabaya Jawa Timur. Ia naik kereta api bersama Inggit, Omi, Soekarmini dan sejumlah pengikut setianya. Sambutan meriah dari rakyat terhadap Soekarno terlihat di mana-mana.
Terutama di setiap stasiun pemberhentian. Bahkan saat kereta berhenti di Yogya, Ki Hajar Dewantara ikut menyambut rombongan Soekarno. Kemeriahan massa terlihat makin besar saat kereta api tiba di Surabaya.
Di stasiun Gubeng, Bung Karno disambut kerumunan besar arek-arek Surabaya. Di Surabaya Bung Karno menjadi tamu kehormatan kongres pertama Indonesia Raya yang diadakan di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Jl Raya Bubutan Surabaya.
“Ketika berada di dalam ruangan kongres, Soekarno dipanggul oleh beberapa pendukungnya”.
Kemudian Dr Soetomo, yakni pendiri organisasi Budi Utomo, di depan massa memperkenalkan Soekarno sebagai seseorang yang telah menjadi korban ketidakadilan hukum. Soekarno dituduh hendak menggulingkan kekuasaan kolonial Belanda.
Bung Karno, kata Dr Soetomo adalah seorang ksatria sebenarnya. Ia merupakan banteng dalam hati sanubari rakyat, sahabat setia sekaligus pahlawan tercinta. Dr Soetomo juga memuji Inggit karena terus menyemangati suaminya (Bung Karno) yang meringkuk di penjara.
Ali Sastroamidjojo dalam sambutannya berbicara soal PPPKI (Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang katanya hampir mati. Namun dengan bebasnya Soekarno, PPPKI akan lebih hidup, berdarah dan bernafas.
PPPKI yang berdiri 17 -18 Desember 1927 di Bandung merupakan gabungan organisasi pergerakan untuk mencapai Indonesia merdeka. Gagasan pendirian datang dari Soekarno.
Sementara di dalam kongres, Soekarno berkesempatan menyampaikan pidato. Pidato yang berisi banyak wejangan dengan mengambil analogi lakon wayang kulit Jawa itu, memesona massa.
Bung Karno membandingkan dirinya dengan tokoh wayang Kokrosono yang kembali dari pembuangan Argo Songo dengan senjata sakti Alugoro. Kokrosono berusaha menemukan kerabatnya, yakni Banowati dan Irowati yang telah tercerai berai.
Oleh Bung Karno kisah itu dikontekstualkan dengan peristiwa perpecahan PNI Baru dengan Partindo pimpinan Sartono. Soekarno menyerukan kedua organisasi bersatu padu kembali dalam front sawo matang.
Sepulang dari Surabaya, dengan kerangka pikir persatuan sebagaimana yang selalu dicita-citakan, pada 4 Januari 1932 Bung Karno langsung menghubungi Sutan Sjahrir.
Dia menganjurkan Sjahrir masuk Partindo/PNI Baru untuk kemudian bersama-sama menghadapi kolonial Belanda.
artikel ini sudah tayang di iNews.id
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait