CILEGON, iNewsBanten - Kertajaya memiliki pengaruh kuat di Daha dan Kerajaan Kediri. Sosoknya naik tahta pada 1188, bergelar Sri Maharaja Kertajaya, yang berjuluk Dandang Gendhis. Kertajaya merupakan raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Pemerintahannya luluh lantak usai diserang pasukan Tumapel yang dikomandoi Ken Arok.
Namun jauh sebelum itu ketika berkuasa, Konon saat memerintah itulah ia dibantu empat orang kepercayaannya yakni mahapatih bernama Mahisa Walungan, yang merupakan adik kandung Kertajaya sendiri. Ia juga memiliki penasehat spiritual bernama Mpu Tanakung. Dua orang lain sebagaimana merujuk pada ‘Babad Tanah Djawi’ karya Soedjipto Abimanyu adalah Gubar Baleman dan Arya Pulung yang bergelar Tunggul Ametung.
Tetapi tidak diketahui apa peran sentral keduanya di istana Kerajaan Kediri. Namun yang jelas sosok Tunggul Ametung inilah yang akhirnya dipercaya Kertajaya mengisi jabatan sebagai akuwu di Tumapel usai sejumlah kerusuhan melanda. Nama Tunggul Ametung hanya dijumpai dalam naskah Pararaton yang dikarang ratusan tahun sesudah zaman Kediri dan Singasari. Pada zaman itu, jabatan akuwu mungkin setara dengan camat pada masa sekarang. Konon kerusuhan yang kerap terjadi di Akuwu Tumapel berhasil diredam oleh Tunggul Ametung.
Setelah Tunggul Ametung berhasil meredakan kerusuhan di Tumapel, akhirnya Kertajaya mengangkat Tunggul Ametung menjadi Akuwu di Tumapel. Baca Juga Kisah Kertajaya, Raja Kediri yang Mengaku Sebagai Tuhan, Tewas Oleh Serangan Mematikan Ken Arok Tunggul Ametung mulai menata kembali Tumapel seperti sediakala. Bahkan, ada beberapa terobosan yang dilakukan oleh Tunggul Ametung di Tumapel, seperti melegalkan perjudian dan menjadikan Kutaraja sebagai sentra perdagangan.
https://daerah.sindonews.com/read/1154375/29/kisah-kesaktian-4-patih-kepercayaan-kertajaya-raja-terakhir-kerajaan-kediri-1689635261?_gl=1*1jsv4w2*_ga*NTMxOTA2MDY3LjE2ODg1NTIwNjE.#google_vignette
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait
