SERANG, iNews Banten– Warga pesisir Muara Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, kembali menagih janji Gubernur Banten untuk mengatasi pencemaran limbah di Sungai Ciujung. Mereka mengeluhkan kondisi air sungai yang kini menghitam dan berbau menyengat, mirip air comberan, diduga kuat berasal dari limbah industri.
Informasi ini pertama kali disampaikan oleh akun Instagram @info_serangtimur yang menampilkan kondisi air sungai yang memprihatinkan. Warga menilai pencemaran ini sudah berlangsung lama tanpa penanganan serius dari pemerintah daerah maupun dinas terkait.
Ketua DPD Brantas Kabupaten Serang, Chaerul Laksana, mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi dan penindakan terhadap pabrik-pabrik yang diduga menjadi sumber pencemaran.
"Ini bukan pertama kalinya Sungai Ciujung tercemar. Tapi sampai hari ini tidak ada langkah tegas dari Gubernur maupun DLHK. Warga butuh tindakan nyata, bukan sekadar janji," ujar Chaerul, Sabtu(24/05/2025).
Netizen dengan akun @ahmad_roji85 turut mengomentari situasi yang dinilainya hanya ditangani secara kosmetik.
"Kemarin pas disidak Pak Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Desa, airnya bersih. Tapi giliran hujan saja, pintu Pamarayan dibuka, langsung pada buang limbah pabrik," tulisnya di kolom komentar.
Sejumlah netizen juga tampak menandai akun Instagram Gubernur Banten @andrasoni12 dan Bupati Serang yang terpilih @raturachmatuzakiyah dalam komentar mereka, berharap ada respons dan tindakan dari kedua kepala daerah tersebut. Namun hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari keduanya.
DPD Brantas juga mendorong keterlibatan aparat penegak hukum untuk menindak pelaku pencemaran lingkungan sesuai dengan ketentuan hukum. Mereka menekankan pentingnya transparansi dalam pengawasan dan pengelolaan limbah industri di sepanjang aliran Sungai Ciujung.
Sungai Ciujung sendiri merupakan sumber kehidupan bagi ribuan warga di wilayah Serang bagian utara. Selain digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, sungai ini juga menjadi tumpuan nelayan dan petani tambak. Jika pencemaran terus dibiarkan, bukan hanya lingkungan yang rusak, tapi juga mata pencaharian warga yang terancam.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait
