Setelah itu, dia meminta sang ibu untuk pulang ke Banyuwangi pada 1997. Pada akhir tahun itu, dia bisa membeli mobil untuk keluarganya. Naim juga membangunkan toko sembako untuk orang tuanya di rumah. Kemudian pada 1999, dia berhasil membangun rumahnya sendiri.
Pada 2000 dia akan diangkat menjadi manajer termuda di perusahaan asuransi dan mendapat predikat luar biasa, namun dia menolak lantaran memiliki kerja sampingan sebagai marketing alat peraga sekolah. Ternyata di saat yang sama, orderan dari sekolah-sekolah banyak dan pendapatan yang dihasilkan juga besar, sehingga dia memilih resign dan fokus pada perusahaan alat peraga sekolah tersebut. Namun dia memutuskan keluar setelah tiga tahun bekerja di sana dan mendirikan perusahaan sendiri.
"Fokus perusahaan itu sampai 3 tahun. Pada 2002 akhir menikah, Desember 2003 keluar karena dikhianati perusahaan sendiri. Saya bikin perusahaan sndiri dan pada 2004 sudah dapet proyek di Papua selama 3 tahun, nilainya itu sudah miliaran," ucap Naim.
Namun dia sempat tersandung penipuan saat bekerja sama dengan teman di Kalimantan Selatan pada 2019. Tak tanggung-tanggung, dia tertipu sebesar Rp1,35 miliar.
Dalam kondisi tersebut, dia mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya, istri dan kedua orang tuanya. Dia pun intropeksi diri, mendekatkan diri pada Illahi. Akhirnya, dia berhasil menjual salah satu aset hotelnya saat pandemi dan melunasi utangnya.
Saat ini, dia berhasil menjadi pengusaha dengan beberapa bisnis yang dikembangkan, seperti pusat oleh-oleh, Fariz Hotel, Fariz Resto, dan yang terbaru adalah Warung Makan Luweng Pedes. Warung kuliner khas Jawa Timur yang terkenal dengan hidangan menu pedas, aneka sayur dan lauk pauk.
Diresmikan Oktober 2020, Luweng Pedes didirikan di tegah kondisi pandemi sebagai ikon kuliner pedes di Kota Batu, Malang yang mengusung konsep makanan jadul. Setiap harinya, pengunjungnya mencapai ribuan orang.
Luweng Pedes kini memiliki 4 cabang di Malang dan Yogyakarta.
Naim mengaku, kunci dia meraih kesuksesan adalah orang tuanya. Dia mengatakan, selalu memprioritaskan orang tuanya.
"Tiap buka usaha, kuncinya satu, pusaka saya yaitu orang tua saya. Saya selalu minta restu, doa orang tua. Kalau ada meeting dengan orang penting pun, kalau ibu atau bapak saya telpon, saya langsung stop, minta izin untuk terima telpon. Enggak dikasih proyek enggak apa-apa, yang penting orang tua saya senang. Itu kuncinya," tuturnya.
Editor : Mahesa Apriandi