INTERNASIONAL, iNewsBanten - Hong Kong tengah dilanda krisis kelahiran anak akibatnya banyak sekolah terancam ditutup. Hal ini tidak lepas dari adanya penolakan dari kaum wanita di sana yang menolak memiliki anak.
Melansir dari Channel News Today (CNA), bukan hanya prasekolah dan taman kanak-kanak yang sudah ditutup. Setelah sekolah dasar, sekolah menengah akan terkena pukulan, berikutnya ratusan guru juga dapat diberhentikan.
Hingga dampak pada perguruan tinggi, tenaga kerja dan sektor kunci ekonomi kota akan mengikuti.
"Kami melihatnya datang pada 2018, tetapi kami gagal melakukan persiapan untuk mengadapi hal itu akan tiba," kata Paul Yip Siu-fai, Ketua Professor Kesehatan Populasi di Departemen Pekerjaan Sosial dan Administrasi Universitas Hong Kong, dikutip dari CNA.
Bahkan penolakan itu dikatakan oleh salah satu warga Hongkong, Ah Ying (34) yang menikah tiga tahun lalu. Sang suami terbuka untuk memiliki anak, namun tidak dengannya.
Bukan tanpa sebab, katanya banyak faktor seperti aturan yang baru di kota tersebut. Kemudian adanya kekhawatiran cuci otak terkait patriotisme dan budaya kompetitif yang ditanam sejak balita, sampai tingkat kemampuan orang tua dalam membiayai anaknya.
"Anak-anak zaman sekarang diharapkan belajar banyak hal, mengikuti banyak kursus dan menjalani wawancara (untuk masuk ke sekolah bagus),” kata Ah Ying.
“Ini bukan hanya tentang tekanan emosional, tapi juga beban keuangan. Jika saya tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak saya, mungkin sebaiknya saya tidak melahirkan sama sekali,” jelasnya.
Hal paling mengejutkan, ialah pada akhirnya mereka memutuskan mengadopsi seekor kucing tahun lalu dan menganggapnya sebagai anggota keluarga. Mereka berhenti berbicara tentang bayi.
Perubahan sikap ini juga disampaikan oleh Yip, kalau semakin banyak wanita muda dan menikah kemudian menolak punya anak.
"Generasi muda tidak lagi membeli konsep membawa nama keluarga,” kata Yip telah melacak angka kelahiran Hong Kong selama beberapa dekade.
Editor : Mahesa Apriandi