GAZA, iNewsBanten - Militer Israel bergerak maju di Gaza selatan, terutama di wilayah Khan Younis.
“Kami menambahkan seluruh brigade dan pasukan lebih lanjut untuk beroperasi di daerah tersebut, pasukan rekayasa untuk meningkatkan aktivitas tersebut,” terang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari pada Selasa (19/12/2023).
Seperti diketahui, Khan Younis telah menyaksikan pertempuran sengit di darat dan serangan udara besar-besaran, yang mengakibatkan puluhan orang dilaporkan tewas. Pekan lalu, IDF meminta warga untuk pindah dari beberapa wilayah di Khan Younis, kota terbesar kedua di Gaza, ke tempat penampungan pengungsi untuk “memastikan keamanan.” Namun karena komunikasi terganggu akibat pertempuran tersebut, tidak jelas seberapa luas pesan-pesan tersebut diterima.
Hagari juga mengatakan bahwa IDF fokus pada lokasi infrastruktur bawah tanah yang digunakan oleh Hamas.
“Dekonstruksi pusat gravitasi bawah tanah Hamas di utara, tengah dan selatan (Jalur Gaza) adalah langkah kunci untuk membubarkan Hamas. Hal ini memerlukan waktu, dan pasukan kami beroperasi untuk melakukannya,” katanya.
Juru bicara militer juga menekankan bahwa pasukan di Gaza telah diberi pengarahan tentang cara mencari sandera yang masih hidup.
“IDF menggunakan pasukan khusus dan intelijen untuk menemukan sandera yang masih hidup. Ini adalah misi tertinggi,” lanjutnya.
Hal ini terjadi ketika tekanan terhadap Israel meningkat setelah IDF mengatakan pada Jumat (15/12/2023) bahwa pihaknya secara tidak sengaja membunuh tiga sandera Israel di Gaza setelah salah mengidentifikasi mereka sebagai ancaman.
Sementara itu, jumlah warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki dari 7 Oktober hingga 18 Desember lalu elah meningkat menjadi 301 orang, naik dari 297 orang pada 17 Desember. Data ini berdasarkan sebuah laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa(19/12/2023) .
Kementerian menambahkan bahwa serangan pasukan Israel, yang sasarannya mencakup rumah sakit, pusat kesehatan, dan ambulans, telah “membatasi” ketersediaan layanan kesehatan penting.
IDF mengklaim bahwa mereka tidak menargetkan rumah sakit, hanya “benteng Hamas.”
Editor : Mahesa Apriandi