Kemudian ia melanjutkan, semenjak berdirinya pabrik sawit di kampungnya, masyarakat tidak pernah diberikan sosialiasi maupun kompensasi. Sebab, keberadaan pabrik tersebut membuat masyarakat terkena dampak dari limbah pabrik.
"Kurang lebih 5 tahun semenjak berdirinya pabrik, belum ada sosialisasi. Harapan saya kalau ada kompensasi dari pabrik tolong diperhatikan, karena kita juga sama terkena dampaknya," katanya.
Begitupun dengan Sarda, bahwa menurutnya, Sungai Cilengka diduga tercemar limbah dari PT GAL. Diduga aliran tersebut menjadi hitam disebabkan oleh pembuangan limbah perusahaan pabrik sawit di kampungnya. Bahkan, akibat hal itu membuat air pesawahan menjadi berkurang.
"Dampaknya bau sudah pasti. Termasuk pesawahan sering kering gara-gara adanya pabrik sawit," tegasnya.
Editor : Mahesa Apriandi