SERANG, iNewsBanten - Guru merupakan aktor utama dalam pendidikan, belakangan ini tak jarang kita jumpai bahwa permasalahan fundamental dan pokok yang terjadi di negeri Indonesia adalah karena masaalah sumber daya manusia nya (SDM), peningkatan sumber daya manusia ( SDM ) yang unggul tidak dapat tercapai tanpa adanya peran pendidikan didalamnya,
Pendidikan yang kita tahu, merupakan asas fundamental yang perlu dimiliki oleh setiap bangsa dan negara di dunia untuk membentuk bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang unggul , dari sumber daya manusia yang unggul inilah maka negara akan mampu mengahdapi tantangan zaman kedepan nya, tidak ada satupun negara atau perserikatan yang mengelak akan penting nya pendidikan ini. Namun, sitem pendidikan nasional kita masih memiliki sekelumit masalah yang patut diperhatikan oleh pemerintah dan pemangku kebijakan, terkhusus permasalahan yang menyangkut tentang guru sebagai operator utama di dalam pendidikan.
Kualitas pendidikan nasional dinilai masih stagnan, hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari pemangku kebijakan yang tidak bisa menyelaraskan daripada hakikat pendidikan itu sendiri, padahal para tokoh pendiri bangsa dan juga para tokoh pendidikan telah mencanangkan hakikat dan nilai nilai daripada pendidikan itu sendiri, adanya stagnasi dalam pendidikan nasional disebabkan karena kurang konsisten nya pemangku kebijkan dalam membuat atau merumuskan sebuah permasalhan yang ada, disini guru ditempatkan hanya sebagai obyek yang menjalankan kurikulum yang sudah dibuat oleh pemerintah, kemudian berganti nya rezim pula turut menjadi penghambat dari perkembangan pendidikan nasional, bahkan ada pemeo yang mengatakan , ganti menteri , ganti kebijakan. Setiap adanya pergantian kekuasaan yang berskala nasional sehingga menteri pendidikan pun terkena dampak nya,menyebabkan adanya kurikulum serta kebijakan yang diubah sehungga membuat guru harus memahami dari awal lagi tentang kebijkan bahkan kurikulum yang telah dibuat oleh pemerintah.
Ada berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh para guru guru dan solusinya perlu kita cari secara bersama , guru yang kita tahu kunci sukses dari sebuah keberhasilan pendidikan, guru yang berkualiats akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas pula, maka dair itu, menyambut Hari Guru Nasional 2024 dan HUT ke – 79 Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) , ada beberapa hal yang ingin saya tulis sebagai wujud dalam perefleksian terhadap pendidikan nasional dan guru.
Sejarah Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional mulai diperingati di Indonesia sejak tahun 1994. Peringatan ini ditetapkan oleh Presiden Kedua Indonesia, Soeharto pada tanggal 25 November 1994, dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional, peringatan ini bertepatan pula pada HUT Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) yang dilakukan setiap tahun pada tanggal dan bulan yang sama Tanggal 25 November tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari pendirian organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI yang berlangsung dalam sejarahnya pada 24–25 November 1945 di Surakarta, Jawa Tengah.
Dalam Keppres 78/1994 tersebut dijelaskan pokok pertimbangan Pemerintah dalam menetapkan peringatan ini, yakni bahwa guru memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Karena memiliki sejarahnya sendiri, peringatan Hari Guru Nasional ini berbeda dengan Hari Guru Sedunia yang diperingati setiap 5 Oktober. Peringatan yang sama-sama ditujukan untuk mengapresiasi dan mendukung perkembangan guru dan tenaga pendidik ini ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1994 (sama dengan tahun penetapan Hari Guru Nasional).
Makna Guru
Guru merupakan pelaku penting dalam transformasi pendidikan nasional. Tanpanya, manusia Indonesia unggul, cerdas, tercerahkan, tidak akan tercapai. Sayangnya, sistem pendidikan kita gagal menempatkan posisi guru pada kedudukan yang seharusnya. Mengembalikan kemartabatan guru adalah conditio sine qua non bagi lahirnya manusia Indonesia unggul, cerdas, dan berkepribadian ( Doni Koesoma : 2021 )
Dalam perkembangan Pendidikan di Indonesia istilah guru lebih dikenal daripada pendidik. Guru adalah orang yang melakukan Pendidikan atau mendidik, guru merupakan bagian dari konsep pendidik, kata guru yang kita kenal sama hal nya dengan dosen, guru, professor, ketiganya merupakan Guru.
Kata guru sendiri bersumber dari beberapa macam Bahasa ada yang mengatakan dari Bahasa India , Urdu , Punjabi, Sansekerta dan latin. Kata guru yang masyarakt Indonesia kenal merupakan asal kata dari Bahasa latin yang berarti orang yang dihormati, Adapun kata guru dari Bahasa latin , hal ini terkait dengan gravitasi yang memiliki konotasi moral, dipahami oleh orang jawa mengartikan guru dari kata digugu dan ditiru, artinya guru adalah orang yang berwibawa.
Secara etimologi, kata guru berasal dari dua kata, yaitu gu dan ru. Gu berarti kegelapan (ingat kata ’gua’), dan ru berarti pemusnah atau penyingkir. Jika kita memahami secara keseluruhan maka bisa kita artikan sebagai penyelemat dari kegelapan, penolong dari kebodohan. Guru adalah penerang dalam zaman, Penolong dalam kegelapan. Maka, syair Himne Guru, yang berbunyi ”engkau sebagai pelita dalam kegelapan” jelas sangat dalam dan erat sekali maknanya.
Sementara, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan guru sebagai sub bagian dari kata pendidik. Dalam Pasal 1 Ayat 6 dijelaskan bahwa ”Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.
UU Sisdiknas 2003 ini meredusir peran guru sekadar sebagai tenaga (kerja) yang dibayar berdasarkan fungsinya. Tugasnya dipersempit sekadar ”berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”. Padahal hakikatnya guru memiliki peran yang jauh lebih luas daripada hanya untuk menyampaikan Pelajaran, guru adalah mentor dan pemandu yang menawarkan dukungan dan bimbingan bagi para murid murid nya.
Relevansi Pendidikan dengan Guru
Antara guru dengan Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dan tak mungkin terpisahkan, guru dengan murid adalah aktor utama dalam menjalankan Pendidikan, saya mengutip perkataan tokoh Pendidikan asal Brazil Pauolo Freire dalam bukunya Pedagogy of Opressed tahun 1985 “…..dalam pendidikan yang dialogis relasi guru-murid diposisikan sebagai hubungan subyek-subyek. Sementara obyeknya adalah realitas sebagai masalahnya”.
Pendidikan merupakan ”eskalator sosial” yang mampu membawa perkembangan serta perubahan kearah yang lebih baik terhadap bangsa Indonesia . Melalui pendidikan, anak bangsa bisa meningkatkan kemampuan intelektual nya serta mengontrol emosional nya. Pendidikan juga dapat membuka wawasan, menambah ilmu pengetahuan, meningkatkan penguasaan teknologi, dan meluaskan lingkaran pergaulan seseorang. Sehingga dampak yang bisa dirasakan adalah kualitas manusia semakin meningkat dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar juga naik.
Pendidikan juga merupakan investasi emas yang perlu kita jaga bersama, adanya visi misi dari para pemimpin dan stake holder tentang Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai jika pendidikan nasional masih stagnan, pendidikan lah sebagai awal mula dan dasar tercapainya suatu visi emas tersebut, adapun Guru merupakan actor terpenting untuk menggapai visi emas tersebut, kunci sukses dari sebuah pendidikan adalah dengan menciptakan guru yang berkualitas.
Di era yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat dan pergeseran lanskap masyarakat, guru memegang kunci untuk membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk berkembang di dunia yang dinamis dan saling terhubung. Mereka merangkul ”mantel pembelajar” seumur hidup, terus-menerus mengadaptasi metodologi pengajaran untuk memenuhi tuntutan lanskap pendidikan yang terus berkembang ( Roy Marhin Simamora : 2023 )
Perkembangan zaman yang semakin pesat selama beberapa dekade ini memiliki berbagai macam dampak yang mempengaruhi kehidupan sosial Masyarakat, salah satu yang terdampak adalah bidang Pendidikan. Dalam bidang pendidikan satu hal yang terdampak adalah tentang ketersidaan informasi, dahulu Masyarakat menggunakan kemampuan verbal seperti berbicara secara langsung antara satu orang dengan lain nya untuk mendapat informasi, kemudian informasi yang didapatkan dari berbagai macam wilayah serta disiplin nya disatukan berdasarkan bidang dan genre nya, selain hal tersebut sumber ilmu, pengetahuan dan informasi yang sangat aktual dan paling penting adalah bersumber dari guru, seorang individu atau kelompok secara langsung berinteraksi dalam mentransformasi ilmu dan pengetahuan nya melalui guru, lalu ada buku sebagai rujukan dan refrensi lain nya yang mendapatkan dan membacanya harus secara langsung. Ketidak mudahan menambah ilmu dan pengetahuan serta informasi inilah yang mendorong Masyarakat dalam menimba ilmu dan pengetahuan semakin tinggi.
Tingginya minat serta kemauan Masyarakat ini lah yang kemudian membawa banyak perubahan yang terjadi dalam Masyarakat, salah satu nya penemuan teknologi digital dengan adanya teknologi digital seseorang tidak perlu repot untuk keluar rumah dan berjalan jauh Ketika ingin membaca semuanya serba mudah, bisa kita dapatkan dalam gawai yang ada digenggaman kita, alhasil sumber ilmu , pengetahuan dan informasi yang dahulu kita memerlukan effort ekstra jika ingin mendapatkan nya menjadi sebuah hal mudah yang bisa kita dapatkan,hal ini menyebabkan turun nya minat Masyarakat dalam mendapatkan ilmu, pengetahuan dan informasi sehingga ada ketidak selarasan dalam hal ini, jika tidak kita benahi maka hal ini akan berkepanjangan.
Ketidak selarasan ini mengakibatkan adanya perilaku manusia modern yang kurang berkompeten yang kurang cakap dalam menghadapi tantangan zaman, bahkan hidup nya bergantung dengan teknologi yang ada, hal inilah yang mengakibatkan peran guru yang tidak berkompetensi atau tidak mengikuti zaman terkikis, memang teknologi di zaman modern saat ini semakin penting bahkan jika ingin berkompetensi dalam suatu hal maka syarat fundamental adalah dengan menguasai teknologi dan digitalisasi, tanpa nya kita akan tertinggal oleh zaman, tetapi kecakapan dalam menggunakan teknologi perlu kita selaraskan dengan keahlian dalam menguasainya sehingga manusia tidak diperbudak oleh teknologi.
Dunia yang terus bergerak maju dengan segala dinamika perubahan yang terjadi memerlukan guru-guru adaptif. Nilai-nilai lama pendidikan yang sesuai di zamannya tentu tidak lagi sesuai diterapkan di masa kini. Pendidikan masa kini dan masa depan memerlukan arah dan nilai baru yang memerlukan guru-guru yang memiliki perubahan pola pikir, adaptif, kreatif, dan inovatif.dengan arah dan nilai baru pendidikan di masa ini, turut memengaruhi terbentuknya profil guru sesuai perkembangan zaman. Saat ini, pengetahuan tak dapat diklaim hanya bersumber dari guru semata.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang pesat membuat pelajar dalam mencari pengetahuan tak melulu bergantung pada guru. Di era teknologi digital saat ini, guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan. Dalam proses pembelajaran di kelas, pelajar dapat mencari dan mempelajari pengetahuan dari berbagai sumber yang tersebar di jagat maya.
Maka perlu kita sadari pula akibat adanya perkembangan zaman ini peran guru yang mulai terkikis dari hanya sebagai fasilitator kita upayakan agar para guru guru bisa beradaptasi dengan teknologi serta adaptif, sudah banyak terobosan yang dicanangkan untuk menajdikan guru memiliki wawasan masa depan, ber kompeten, berkaakter kuat, full passion, memiliki kemampuan TIK serta adaptif terhadap teknologi.
Unifah Rosyidi, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dalam webinar Transformasi Guru Berkualitas Pascaperhelatan Presidensi Indonesia dalam G20 pada 23 November 2022 menyebut, yang diperlukan untuk mencapai hal tersebut adalah transformasi yang menyeluruh dan sistematis pada dua faktor. Faktor tersebut adalah instrumen kebijakan (kurikulum, proses pembelajaran, asesmen, dan sebagainya) dan aktor pelaksana (guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan) yang mengeksekusi instrumen kebijakan tersebut.
Tantangan Yang Dihadapi Pendidikan Dewasa Ini
Saya menguraikan penemuan saya tentang persoalan yang dihadapi oleh pendidikan yang terjadi di Indonesia dewasa ini, poin poin uraian ini saya kutip dari artikel yang ditulis oleh Catur Nurrokhman Oktavian yang diterbitkan oleh Kompas(25/11/2024), adapun poin poin nya saya uraikan sebagai berikut :
Pertama, kesenjangan akses, kecukupan dan kualitas mengajar
Kesenjangan penddikan adalah kesempatan yang diperoleh oleh individu atau kelompok tertentu untuk mecapai dan mendapatkan pendidikan yang layak tidak merata, persoalan ini masih sering terjadi di Indonesia
Kesenjangan pendidikan menjadi masalah klasik yang terus menghantui setiap era pemerintahan. Faktor geografi dan demografi Indonesia kerap menjadi ”kambing hitam”. Wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, dan lebih dari 500 wilayah administrasi dianggap sebagai tantangan besar mewujudkan pemerataan pendidikan.
Berbagai data statistik mencerminkan kesenjangan pendidikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mencapai 9,13 tahun atau setara dengan kelas 9 SMP/sederajat. Capaian itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,08 tahun
Kesenjangan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari rapor mutu pendidikan Indonesia. Misalnya, masih ada kesenjangan mutu yang terlihat dari performa satuan pendidikan terbaik di salah satu kabupaten di luar Pulau Jawa setara dengan performa satuan pendidikan terburuk di salah satu kabupaten atau kota di Jawa (Kompas.id, 2/5/2022). Selain itu, di satu daerah yang sama, antara satuan pendidikan terbaik dan terburuk juga menunjukkan kesenjangan mutu yang tinggi.
Lagi-lagi guru adalah kata kunci untuk peningkatan kualitas pendidikan. Tanpa guru yang berkualitas dan sejahtera, peningkatan kualitas pendidikan hanya fatamorgana. Meskipun pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti pemberian pelatihan yang kurang merata sesuai dengan kebutuhan guru tersebut, dan pemberian insentif kesejahteraan yang cukup sehingga menjadi daya tarik bagi individu berkualitas untuk mengabdi di dunia pendidikan dan menekuni profesi guru.
Untuk mengatasi stagnasi kualitas pendidikan nasional memang bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Hal ini merupakan kerja besar dan kompleks yang memerlukan dukungan dan peran serta semua pihak. Harus ada komitmen kuat dari pemerintah dan semua pemangku kepentingan pendidikan untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam meningkatkan akses, pemerataan mutu, dan peningkatan kualitas serta kesejahteraan guru menuju sistem pendidikan yang lebih baik dan inklusif.
Kedua, kualitas pengajaran masih menjadi isu utama yang menjadi tantangan dalam dunia pendidikan kita
Salah satu indicator dalam menilai kualitas pendidikan yang ada di Indonesia adalah dengan menggunakan Hasil PISA, Secara khusus PISA didesain untuk mengukur sejauh mana siswa dipersiapkan oleh sistem pendidikan mereka, dalam mengaplikasikan konsep dan keterampilan yang mereka pelajari. Konsep ini mendorong ide learning for transfer, yang mana siswa tidak hanya menguasai materi pembelajaran untuk tes, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam situasi kehidupan nyata.
Oleh karena itu, hasil PISA tidak hanya mencerminkan tingkat pemahaman siswa terhadap kurikulum, tetapi juga kemampuan mereka untuk berpikir kritis, menafsirkan informasi, dan memecahkan masalah dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian, PISA bukan hanya alat pengukur, melainkan juga pendorong bagi pengembangan kurikulum yang lebih relevan dan efektif.
Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) mengungkapkan apa yang mungkin dilakukan dalam pendidikan dengan menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa dalam sistem pendidikan yang berkinerja tertinggi dan paling cepat berkembang. Laporan tersebut juga menunjukkan tren pembelajaran digital, keterlibatan orangtua, penindasan, dan isu-isu lainnya, serta informasi mengenai kesenjangan jender, kesenjangan sosio-ekonomi, dan belanja pendidikan versus hasil pendidikan.
Hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 baru-baru ini diumumkan pada 5 Desember 2023, dan Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371).
Dengan adanya indicator internasional ini seharusnya negara dapat mengetahui tentang problematika apa yang harus dibenahi.
Ketiga, sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai. Banyak sekolah masih kekurangan fasilitas mendasar pendidikan, seperti ruang kelas yang layak dan representatif, perpustakaan, serta laboratorium.
Permasalahan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai adalah salah satu permasalahan yang sering terjadi. Banyak sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia mengalami masalah sarana yang tidak memadai seperti bangunan yang rusak, kurangnya media pembelajaran, ketersediaan buku di perpustakaan tidak mencukupi, dan laboratorium tidak memadai. Bahkan saat ini masih ada sekolah yang belum memiliki bangunan sekolah sendiri, tidak memiliki perpustakaan, laboratorium, dan berbagai fasilitas lainnya. Proses pembelajaran akan lebih efektif jika didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh pemerintah karena hal ini berpengaruh proses pembelajaran
Menurut Portal Data Kemendikbudristek, masih ada 321.941 sekolah rusak ringan, 238.290 sekolah rusak sedang, dan 121.011 sekolah rusak berat (data cut off 30 November 2023). Masih banyaknya sekolah yang rusak sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang baik.
Keempat, kurikulum yang kurang relevan. Kurikulum sering kali dianggap jadi masalah dalam pendidikan nasional kita dan dianggap tidak relevan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi
Kurikulum merupakan sejumlah tahapan yang didesain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki.
Berganti nya rezim kekuasaan memiliki dampak nya terhadap pergantian sistem, akibatnya susunan cabinet terkena dampaknya sehingga setiap cabinet memiliki rencana dan tujuan nya masing masing, hal ini yang dirasakan oleh kurikulum yang di Indonesia, berganti nya kurikulum secara massif dilakukan oleh pemerintah membuat siswa dan guru menjadi perlu beradaptasi lagi serta menyesuaikan, belum lagi ditambah ketidak mampuan kurikulum dalam menjawab tantangan zaman yang harus kita evaluasi bersama, karena pendidikan adalah jalan emas menuju Indonesia emas.
Editor : Mahesa Apriandi