get app
inews
Aa Text
Read Next : Ketua Forum Kebangsaan Banten: Soeharto Layak Pahlawan Nasional, Tolak Penilaian Emosional.

Lulusan Tak Terserap Industri, Membangun Nusantara Institute: Banten Butuh Link and Match Nyata

Minggu, 18 Mei 2025 | 18:32 WIB
header img
Lulusan Tak Terserap Industri, Membangun Nusantara Institute: Banten Butuh Link and Match Nyata (ist)

SERANG, iNewsBantenMembangun Nusantara Institute menyoroti kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten yang menunjukkan adanya kesenjangan serius antara output pendidikan tinggi dan kebutuhan pasar kerja lokal. Gelar sarjana, yang selama ini dianggap sebagai jaminan masa depan cerah, kini semakin kehilangan daya tawar di tengah minimnya penyerapan lulusan oleh industri.

 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2024, jumlah pengangguran di Banten mencapai sekitar 430 ribu orang. Dari jumlah itu, lebih dari 60 ribu merupakan lulusan pendidikan tinggi, dengan lulusan S1 sebagai penyumbang tertinggi. Kondisi ini memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dan kebutuhan dunia usaha.

“Banten memiliki kawasan industri besar, tetapi justru tenaga teknis dan vokasional yang lebih dibutuhkan. Banyak sarjana terjebak dalam ketidaksesuaian ekspektasi, enggan bekerja di luar bidang studi, atau menolak tawaran kerja karena gaji tak sesuai harapan,” ujar Suherdi, Direktur Eksekutif di Membangun Nusantara Institute. Minggu (18/5/2025)

 

Fenomena aspirational mismatch—di mana lulusan memiliki ekspektasi tinggi terhadap jenis pekerjaan dan posisi—serta reservation wage gap—harapan gaji yang tak realistis—semakin memperpanjang waktu tunggu lulusan untuk memperoleh pekerjaan. Padahal, sektor informal dan vokasional sering kali lebih siap menampung angkatan kerja muda.

Menariknya, lulusan diploma dan vokasi menunjukkan tren pengangguran yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan pendekatan pembelajaran yang lebih praktis dan langsung terkait kebutuhan industri. Sementara itu, kampus-kampus di Banten umumnya masih berkutat pada kurikulum normatif dan minim praktik lapangan.

 

“Di Banten, koneksi antara kampus dan industri masih lemah. Magang belum terstruktur, dan kewirausahaan belum menjadi bagian kuat dalam pendidikan tinggi. Ini yang menyebabkan lulusan tidak siap kerja dan akhirnya menganggur lebih lama,” tambah Suherdi.

Sebagai solusi, Membangun Nusantara Institute merekomendasikan beberapa langkah strategis:

  1. Redesain kurikulum yang adaptif terhadap tren industri lokal dan global.
  2. Penguatan program magang dan kerja sama lintas sektor.
  3. Pembekalan keterampilan digital dan kewirausahaan sejak dini.
  4. Pemetaan kebutuhan tenaga kerja daerah secara berkala dan dinamis.

     

“Gelar sarjana seharusnya menjadi modal untuk membangun daerah, bukan sekadar simbol akademik. Banten memiliki potensi luar biasa di sektor industri dan wirausaha. Yang dibutuhkan adalah strategi pendidikan yang tepat dan keberanian untuk berinovasi dalam sistem,” pungkas Suherdi.

Editor : Mahesa Apriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut