Shuniyya Ruhama Jadi Sorotan: Pernah Akui Waria dalam Buku, Kini Viral sebagai Ustadzah
SERANG, iNewsBanten – Sosok Shuniyya Ruhama tengah menuai sorotan luas dari publik. Perempuan berhijab yang kini dikenal sebagai penceramah itu ramai diperbincangkan setelah unggahan video ceramahnya viral di media sosial. Namun, bukan sekadar isi ceramahnya yang menjadi perbincangan, melainkan latar belakang pribadinya yang disebut-sebut pernah mengaku sebagai waria.
Dalam unggahan akun Facebook "Sekedar Info", tampak sejumlah foto Shuniyya Ruhama saat mengisi ceramah dengan berbagai penampilan berhijab rapi. Keterangan unggahan itu menyebut, "Nyai Shuniyya Diduga Waria yang Jadi Ustadzah Hingga Dirikan Paguyuban!" Unggahan ini langsung memicu berbagai komentar warganet yang pro dan kontra.
Identitas masa lalu Shuniyya sebagai transeksual sebenarnya telah ia tulis dalam buku biografinya berjudul “Jangan Lepas Jilbabku! Catatan Harian Seorang Waria” yang diterbitkan oleh Galang Press pada Mei 2005. Dalam buku tersebut, Shuniyya mengisahkan pengalaman hidupnya sebagai waria dan proses pencarian jati diri secara spiritual.
Selain itu, ia juga diketahui pernah membentuk Paguyuban Waria Kendal (Pawaka) bersama 10 orang lainnya, yang disebut aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan di Kendal, Jawa Tengah.
Meski demikian, sejumlah netizen menyampaikan keberatan dan kekhawatiran atas kiprahnya sebagai pendakwah. Berikut beberapa komentar yang ditulis warganet:
“Waduh… Allah hanya menciptakan laki-laki dan perempuan.” – Ika Kartika
“Naudzubillah mindzalik.” – Ikbal Majid
“Setan bisa dengan mudah memutarbalikkan fakta.” – Denis Suwardi
“Kalau dia laki, takut juga nitip anak perempuan sekolah di pesantren tempatnya.” – Nur Nikmah Ima
“Jangan ubah kodrat, nanti Allah laknat.” – Panglimo Doeh
“Ngisin-ngisini NU.” – Mukodas Kiron
Komentar-komentar tersebut mencerminkan adanya reaksi keras dari sebagian masyarakat yang mempertanyakan perubahan identitas dan peran keagamaan Shuniyya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Shuniyya Ruhama belum memberikan tanggapan resmi atas kontroversi yang berkembang. Belum ada pula klarifikasi dari pihak organisasi keagamaan tempat Shuniyya kerap tampil berceramah.
Editor : Mahesa Apriandi