get app
inews
Aa Text
Read Next : Sinergi Integritas, Pengukuhan Forkimimba Tingkat Provinsi, Kota dan Kabupaten se-Provinsi Banten

Ketua Forum Kebangsaan Banten: Soeharto Layak Pahlawan Nasional, Tolak Penilaian Emosional.

Minggu, 09 November 2025 | 05:12 WIB
header img
Mendiang Presiden RI Ke-2, Soeharto. Foto: Dok

BANTEN, iNewsBanten.id - Ketua Forum Kebangsaan Banten, Dr. Sony Santoso, secara tegas menyatakan dukungannya terhadap usulan agar Presiden

Soeharto dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Menurutnya, suatu bangsa yang besar haruslah bangsa yang menghargai dan tidak melupakan sejarah serta jasa-jasa para pemimpinnya, terutama mereka yang pernah memiliki peran penting dalam perjalanan Republik Indonesia.

“Saya kira bangsa ini perlu belajar berdamai dengan sejarahnya sendiri. Tidak ada pemimpin yang sempurna, namun setiap pemimpin pasti memiliki jasa besar pada masanya. Pak Harto telah mewariskan stabilitas, pembangunan, dan kemandirian nasional yang harus terus dikenang,” ujar Dr. Sony Santoso pada 8 November 2025.

Menanggapi penolakan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terkait pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto dengan alasan adanya luka sejarah,

Dr. Sony menilai bahwa sikap seperti itu terlalu didasari emosi dan tidak layak dijadikan tolok ukur untuk menilai kelayakan seseorang sebagai pahlawan bangsa.

“Jika setiap penilaian sejarah didasarkan pada luka pribadi, maka bangsa ini akan terlalu lelah untuk menatap masa depan. Pahlawan itu dinilai dari kontribusinya kepada bangsa, bukan dari perselisihan di masa lalu. Justru dari sejarah itulah kita seharusnya belajar untuk menjadi lebih dewasa dalam bernegara,” tambahnya.

Dia menekankan bahwa rekonsiliasi sejarah merupakan jalan menuju kematangan bangsa. Ia berpendapat bahwa penolakan terhadap Soeharto hanya akan memperpanjang warisan luka yang seharusnya sudah disembuhkan dengan kebesaran hati.

“Indonesia ini dibangun dengan semangat persaudaraan dan pengorbanan. Jika kita terus menerus memelihara dendam, bagaimana generasi muda dapat mempelajari makna persatuan? Inilah saatnya kita mewariskan perdamaian, bukan perpecahan,” tegasnya.

Dr. Sony juga mengingatkan pentingnya bagi generasi penerus bangsa untuk tidak melupakan jasa dan sejarah para pemimpin terdahulu. Ia menegaskan, mengakui jasa tidak berarti menghapus kesalahan, namun memberikan ruang objektif bagi sejarah untuk berbicara dengan jujur.

“Saya berharap generasi yang akan datang tidak mudah menilai sejarah hanya dengan menggunakan kacamata masa kini. Ingatlah, Soeharto juga merupakan bagian dari perjuangan bangsa. Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang sibuk menyalahkan masa lalu, tetapi bangsa yang mampu berdamai dengannya,” tutupnya.

 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut