SERANG, iNewsBanten - Covid 19 belum usai, saat ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi wabah virus Marburg di Guinea Ekuatorial.
Dilapor Reuters per 14 Februari 2021, salah satu negara di Afrika tersebut, mengonfirmasi wabah virus Marburg, pasca sudah ada kasus kematian mencapai sembilan orang.
Penyakit infeksi akibat virus yang disebutkan mirip dengan virus Ebola itu memang penyakit yang sangat menular dan mematikan. Lantas apakah virus ini punya potensi berkembang menjadi pandemi, seperti penyakit infeksi Covid-19? Melansir New York Post, Jumat (17/2/2023) berikut fakta-fakta seputar virus Marburg yang penting untuk diketahui.
1. Sejarah kasus pertama: Kasus virus Marbug pada manusia pertama diidentifikasi pada tahun 1967 di wabah laboratorium di Marburg, Jerman, dan Beograd, Serbia. Saat itu, ada tujuh orang pasien yang meninggal dunia. Pada tahun 2022, dua orang meninggal akibat virus Marburg di Ghana akibat kasus infeksi yang terjadi dalam suatu keluarga.
2. Penularan: Para ahli disebutkan belum begitu yakin dan paham bagaimana virus ini pertama kali tertular oleh manusia. Pada tahun 1967, orang-orang yang jatuh sakit diketahui sedang meneliti monyet hijau dari Uganda. Menurut WHO, infeksi diyakini berasal dari paparan yang terlalu lama ke tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus, karena virus berasal dari kelelawar buah.
Setelah kasus manusia pertama muncul, baru diketahui kalau virus menular dari orang ke orang melalui kontak dengan cairan tubuh orang atau benda yang terinfeksi, yang terkontaminasi dengan cairan tubuh yang terinfeksi lewat kulit yang rusak atau selaput lendir atau dengan kata lain bukan tipikal penularan lewat udara seperti Covid-19.
Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyakini, penularan bisa terjadi dari kontak dengan air mani pria yang terinfeksi (meski penelitian tentang virus ini sangat terbatas). Bahkan, menurut WHO, tindakan penguburan pasien Marburg yang meninggal dunia akibat penyakit ini bisa jadi salah satu cara penyebarannya.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait