SERANG, iNewsBanten - Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (Apsyfi) menyampaikan bahwa kondisi industri tekstil sudah diambang kemalangan.
Bahkan kini perusahaan berorientasi pasar domestik kini yang paling terancam.
Ketua Umum APSyFI Redma Wirawasta mengatakan, pada kuartal tiga dan empat tahun 2022 yang lalu, perusahaan tujuan pasar ekspor yang terganggu.
Banyak negara yang menutup pintu ekspor karena kondisi ekonomi sedang menurun. Namun, pada kuartal satu tahun 2023 ini, gantian perusahaan tujuan pasar domestik terancam.
"Di kuartal tiga dan empat tahun lalu kita masih bilang kondisi industri tekstil serat dan benang ini adalah lampu kuning karena memang pertumbuhannya sudah melambat tapi kalau sekarang bisa saya bilang sudah lampu orange, artinya hampir lampu merah," ujar Redma saat berdialog di acara Market Review IDX Channel, Rabu (24/5/2023).
Imbasnya, lanjut dia, pemutusan hubungan kerja (PHK) tak terbendung. Perusahaan tekstil kelas menengah yang tak bisa menjaga cash flownya mau tidak mau menutup pabriknya.
"PHK juga masih ada bahkan sekarang beberapa bulan terakhir banyak perusahaan-perusahaan yang kelas menengah di mana buruhnya ada sekitar 1.000-3.000 orang itu sudah banyak yang tutup. Kalo yang perusahaan besar mungkin bisa bertahan karena cash flownya yang kuat jadi masih bisa diadjust dengan mengurangi produksi dan tetap bertahan. Tapi kalo perusahaan perusahaan yang cash flownya nggak kuat, pilihannya adalah tutup," terang Redma.
Redma mengungkapkan, pemicu anjloknya industri tekstil saat ini karena maraknya baju-baju impor ke pasar domestik, baik itu kondisi barang baru maupun bekas. Padahal, sasaran para pengusaha tekstil nasional 70% adalah pasar domestik.
Maka dari itu, pihaknya mendukung penuh langkah pemerintah memusnahkan barang-barang bekas impor di dalam negeri.
Sebab, jika tidak demikian, industri tekstil lokal akan semakin terpuruk.
"Jadi sekarang ini pasar domestik lah yang justru menjadi konsen dari pelaku industri tekstil dan juga produk tekstil," pungkas Redma.
Artikel ini telah tayang dengan judul https://economy.okezone.com/read/2023/05/24/320/2819051/industri-tekstil-sedang-tidak-baik-phk-massal-terus-terjadi
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait