JAKARTA, iNewsBanten - Kampas rem jadi komponen penting pada setiap kendaraan. Apabila mengalami masalah, maka bisa terjadi kecelakaan fatal, terutama saat melaju dalam kecepatan tinggi.
Ada anggapan bahwa kampas rem akan rusak akibat cuaca panas, terutama mobil yang sering terparkir di area terbuka. Hal tersebut dibenarkan oleh Rachmat Dwinata selaku perwakilan Bendix di Indonesia selaku suplier rem mobil.
“Pengaruh (cuaca panas). Jadi saya jelaskan di sini musuhnya rem itu cuma satu, panas. Ini kan dua barang yang ditekan, jadi menghasilkan panas,” kata Rachmat saat ditemui di Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Rachmat menyarankan kepada pemilik kendaraan roda empat untuk menggunakan produk yang berkualitas. Dia meminta pengendara tak tergiur dengan harga murah karena bisa membahayakan keselamatan.
“Kita bikin formula yang bisa menyerap panas. Bendix yang diungguli adalah menggunakan bahan ceramic, itu bisa tahan panas hingga 380 derajat. Sedangkan dipemakaian normal itu gak sampai 250 derajat,” ujarnya
Menurutnya, kampas rem yang dijual murah menjadi indikasi komponen palsu yang dapat merugikan pengendara. Selain itu, dampak jangka panjang juga akan memengaruhi daya cengkeram dari kampas rem itu sendiri.
“Untuk pemakaian jangka panjang lebih terasa, ditambah dengan cuaca yang cukup panas saat ini. Terutama kondisi di Jakarta, jalanan macet, kita stop and go. Secara jangka panjang akan terasa, kalau yang tidak tahan panas akan mudah ngeloyor, gampang ngempos,” ucapnya.
Sementara budaya menyiram air pada komponen rem yang panas, Rachmat sangat tidak menyarankan hal tersebut. Pasalnya, itu dapat merusak seluruh komponen pengereman yang akan memakan biaya besar untuk perbaikannya.
Seperti diketahui, komponen rem yang panas terjadi karena penggunaan yang terus menerus. Sebagian besar material komponen pengereman adalah besi, di mana bisa mengalami penyusutan ketika disiram air dalam kondisi panas.
“Disiram air sangat tidak disarankan. Tapi kenapa ada budaya menyiram air? Karena rem sudah tak bisa menyerap panas, sedangkan perjalanan perlu dilanjutkan. Bahayanya adalah deformasi, piringan cakram bisa melengkung, bergelombang, dan sebagainya,” ungkapnya.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait