Kantor Bahasa Provinsi Banten Adakan Krida Duta Bahasa, Perkenalkan Puisi Sunda di Pandeglang

Y. D. Taruna
Suasana Kegiatan Pembekalan Krida Duta Bahasa di SMPN 1 Karangtanjung.

PANDEGLANG, iNewsBanten - Kantor Bahasa Provinsi Banten menyelenggarakan Kegiatan Pembekalan Krida Duta Bahasa bagi Aktivis Sekolah Menengah Pertama Penggerak Literasi, dalam rangka pembinaan generasi muda di Kabupaten Pandeglang, yang dilaksanakan tanggal 26-27 Juli 2024 di SMPN 1 Karangtanjung. 

 

Wuri Dian Trisnasari, S.S., M.Pd., dari Kantor Bahasa Provinsi Banten menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan berdasarkan nomenklatur Krida Duta Bahasa bagi Aktivis, baik itu SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Sabtu, (27 Juli 2024). 

 

"Untuk SMP dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang, yang diikuti 120 pelajar pada tiap-tiap penyelenggaraan di Kota Kabupaten. Sekolah ini ditunjuk oleh Dinas Pendidikan, karena dianggap sudah mempunyai kompetensi di bidang bahasa daerah, atau sekolah-sekolah yang melibatkan muatan lokal bahasa daerah,” Widyabahasa Ahli Muda, Kantor Bahasa Provinsi Banten tersebut.

 

Wuri menjelaskan bahwa pada tahap pembekalan, siswa diajarkan untuk membuat puisi atau karya sastra menggunakan bahasa daerah sesuai latar belakang bahasa daerahnya masing-masing. 

 

"Jadi, jika di Tangerang menggunakan Melayu Betawi, di Kabupaten Serang menggunakan Jawa Banten, maka di Pandeglang menggunakan Bahasa Sunda Banten," ungkapnya. 

Nantinya, setelah kegiatan ini, akan dipilih anak-anak dengan puisi penampilan terbaik, kemudian akan dikirim ke selebrasi provinsi yang akan dilaksanakan dalam peringatan Bulan Bahasa, di bulan Oktober. Pada selebrasi ini, akan dipertemukan semua perwakilan daerah dengan nilai terbaik. Mulai dari jenjang SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. 

 

Wuri berharap, kegiatan Pembekalan Krida Duta Bahasa dapat memotivasi sekolah lain untuk turut serta di kegiatan yang sifatnya revitalisasi dan perlindingan bahasa daerah. Kemudian, melalui Perda Kebahasaan, pemerintah setempat, dapat melaksanakan kegiatan serupa. Agar kedepannya dapat meningkatkan SDM siswa.

 

Dalam kaitannya, M. Rois Rinaldi, salah satu pemateri dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa membaca puisi berbahasa daerah itu tidak bisa seperti membaca puisi berbahasa Indonesia. Nadanya harus sesuai dengan nada yang digunakan dalam satu daerah, begitu pun dalam hal puisi berbahasa Sunda.

 

“Anak-anak pada awalnya terlihat sangat kaget, ketika diperkenalkan bahasa daerah mereka, Bahasa Sunda. Ketika Teh Zaneta, penulis puisi atau penulis sastra Sunda Banten memperkenalkan puisi atau sajak Berbahasa Sunda Banten,” ucapnya. 

 

Menurutnya, dalam suatu bahasa tidak hanya bagaimana diperkenalkan, melainkan bagaimana membentuk lingkungan sosial pengguna Bahasa. 

Ihwal keberlanjutan pengenalan dan pemasyarakatan bahasa Sunda di kalangan pelajar, Rois menyampaikan bahwa hal tersebut bergantung pada bagaimana dunia pendidikan membentuk lingkungan berbahasa Sunda. Selain itu, para orang tua di lingkungan masyarakat, itu mulai menyadari bahwa pentingnya menggunakan Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

 

“Jika lingkungan sosial atau ruang pendidikan tidak menghadirkan Bahasa Sunda sebagai bahasa sosial, saya pikir tantangannya cukup berat bagi anak-anak. Karena, misalkan mereka mengenali, mereka tertarik, tapi mereka tidak punya jalan untuk mendalaminya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar peraih Anugerah Utama Penyair Asean tahun 2015 dan 2016 ini.

 

Rois berharap Kantor Bahasa Provinsi Banten dapat terus bersinergi dengan pegiat para seni dan masyarakat untuk bersama-sama merevitalisasi bahasa daerah sesuai dengan tujuan bersama di tingkat pusat sampai di tingkat daerah. Kemudian, masyarakat dapat membaca arah kebijakan revitalisasi bahasa dengan baik oleh publik sehingga tergerak untuk turut berperan agar sama-sama mendapatkan manfaat yang optimal. 

 

“Bahasa, bukan hanya soal bahasa, melainkan juga soal sejarah hidup anak manusia. Semakin panjang sejarah yang diketahui oleh seorang manusia, semakin yakin seorang manusia akan keberadaan atau eksistensi dirinya. Jadi, jika orang Sunda kehilangan kesundaanya, itu menjadi salah satu penyebab, seseorang kehilangan dirinya secara eksistensial. Makanya terjadi gegar budaya atau mudahnya orang terbawa ke sana kemari karena tidak tahu siapa dirinya,” tutup Rois. 

 

Sedangkan menurut salah satu peserta, Ahmad Deva, siswa SMPN 3 Pandeglang menyampaikan, selama kegiatan ini, ia mendapatkan pengetahuan dan pengelaman baru. 

 

“Disini, saya bisa belajar puisi Bahasa Indonesia maupun puisi Bahasa Sunda. Selain itu, saya juga belajar mengelola vocal yang baik dan benar, seperti apa yang diajarkan oleh pemateri. Saya harap, di SMP saya bisa mewakilkan, peserta terbaik ketika ada lomba cipta maupun pembacaan puisi,” tuturnya.

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network