Polisi Cilegon Ini Nulis Buku ‘Polisi Dicari untuk Dicaci’, Begini Cerita di Baliknya

Ali
Polisi Cilegon Ini Nulis Buku ‘Polisi Dicari untuk Dicaci’, Begini Cerita di Baliknya (doc Ali)

CILEGON, iNewsBanten-Sosok polisi kerap identik dengan barikade, patroli, dan peluit di jalan. Namun di Polres Cilegon, ada satu perwira yang justru lebih akrab dengan pena dan gagasan ketimbang rotan komando. Dialah Iptu Yogie Fahrisal, Kasat Pamobvit Polres Cilegon, polisi yang tak hanya menegakkan hukum di lapangan, tapi juga menafsirkan kehidupan lewat tulisan.

Yogie bukan polisi biasa. Di balik seragam dinasnya, ia menyimpan jiwa akademis yang kuat dan semangat literasi yang jarang dimiliki aparat penegak hukum lainnya. Hingga kini, ia telah menerbitkan lima buku dengan tema yang beragam dari fenomena sosial hingga refleksi dunia kepolisian.

Beberapa di antaranya berjudul “Kalau Nikah Itu Suci, Kenapa Harus Sembunyi? Dinamika Nikah di Era Modern” dan “Polisi Dicari untuk Dicaci namunTuntutan Profesionalisme Kepolisian Menghadapi Perkembangan Zaman.”

“Bagi saya, menulis buku adalah ruang untuk menuangkan gagasan dan pemikiran agar menjadi karya nyata,"ujar Yogie saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (31/10/2025). Kemarin

Pasalnya, menulis itu bermula secara tak sengaja.Saat pandemi COVID-19 melanda pada 2019, Yogie mengisi waktu dengan menulis artikel ringan. Tak disangka, dari kebiasaan itu lahirlah semangat baru yang menuntunnya menjadi seorang penulis produktif.

“Saya mulai menulis sejak pandemi. Awalnya artikel singkat, lalu berkembang jadi buku. Mayoritas tulisan saya tentang hukum dan fenomena sosial,” katanya.

Buku “Kalau Nikah Itu Suci, Kenapa Harus Sembunyi?” misalnya, lahir dari kegelisahan pribadi melihat fenomena pernikahan modern yang kerap berbenturan dengan restu dan tekanan sosial.

“Buku itu saya tulis untuk diri saya sendiri, dan juga untuk kita semua agar bisa melihat ulang bagaimana cinta dan pernikahan dijalani di era sekarang,"tuturnya.

Sementara dalam karya terbarunya, “Polisi Dicari untuk Dicaci”, Yogie menyingkap sisi lain profesi kepolisian walaupun sisi yang jarang dibahas adalah dilema etik dan ekspektasi publik yang begitu tinggi terhadap aparat penegak hukum.

“Judulnya saya ambil dari realitas yang saya rasakan di lapangan. Polisi sering dicari saat dibutuhkan, tapi dicaci ketika keputusan tak memuaskan semua pihak," ungkapnya.

Buku itu, kata Yogie, adalah hasil perenungan panjang tentang bagaimana institusi kepolisian bisa terus menjaga profesionalisme di tengah perubahan sosial dan digitalisasi yang pesat.

Tidak hanya itu, Menariknya Yogie kini tengah menyiapkan buku keenamnya yang akan mengangkat kisah tentang orang Papua yang menjadi polisi. Menurutnya, tema ini sarat dengan nilai kemanusiaan, nasionalisme, dan keindonesiaan.

“Ini bukan sekadar kisah profesi, tapi tentang perjuangan dan rasa memiliki terhadap bangsa,” ujarnya.

Selain dikenal sebagai polisi penulis, Yogie juga aktif mengajar di bidang hukum. Ia percaya, menulis bukan hanya bentuk ekspresi, tapi juga cara untuk memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.

“Seluas-luasnya pemikiran manusia, tetap lebih luas ilmu pengetahuan,” tutupnya dengan senyum.

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network