JAKARTA, iNewsBanten - Pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di sejumlah SPBU di Jakarta selama sepekan terakhir dikabarkan sempat kosong. Akibatnya, beberapa SPBU sempat kehabisan stok pertalite.
Mengenai hal tersebut, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting memastikan persediaan BBM jenis Pertalite (RON 90) dalam kondisi aman.
"Kalau kami pastikan stok nasional mencukupi," ujar Irto saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Kamis (18/8/2022).
Sebagaimana diketahui, saat ini ketahanan stok Pertalite ada di 18,3 hari, sementara Pertamax di 43 hari. Lebih lanjut, dia menjelaskan kedua BBM tersebut terus diproduksi agar memenuhi kecukupan stok nasional.
Meskipun demikian, Irto tidak menampik ada keterlambatan dalam pengiriman di beberapa SPBU. Namun, pihaknya sudah melakukan optimalisasi pengiriman, bahkan fuel terminal 24 jam operasional untuk memenuhi kebutuhan SPBU.
"Kita tidak ada pembatasan di SPBU, saya ini lagi keliling Bogor, semua SPBU aman, bahkan cenderung sepi," kata dia.
Seperti diketahui, tahun ini pemerintah menetapkan kuota Pertalite sebesar 23,05 juta kl dan kuota solar mencapai 14,91 juta kl. Sebelumnya, Kementerian ESDM bersama Komisi VII DPR RI telah menyepakati adanya penambahan kuota sebesar 5 juta kl untuk Pertalite dan 2,29 juta kl untuk solar subsidi. Kendati demikian, penambahan kuota ini belum terealisasi.
Sebelumnya, pada Juli 2022 lalu Pertamina menyampaikan harga keekonomian untuk Pertalite dan Solar subsidi jauh lebih tinggi ketimbang harga jual. Per Juli 2022, untuk Solar CN-48 atau Biosolar (B30), dijual dengan harga Rp5.150 per liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp18.150. Jadi, untuk setiap liter solar, pemerintah membayar subsidi Rp 13.000.
Sementara, harga jual Pertalite masih tetap Rp7.650 per liter, sedangkan harga pasar saat ini adalah Rp17.200. Sehingga untuk setiap liter Pertalite yang dibayar oleh masyarakat, Pemerintah mensubsidi Rp9.550 per liternya.
Demikian juga untuk LPG PSO, dimana sejak 2007 belum ada kenaikan, harganya masih Rp4.250 per kilogram, dimana harga pasar Rp15.698 per kg. Jadi subsidi dari pemerintah adalah Rp11.448 per kg.
Editor : Mahesa Apriandi