MERAK, iNewsBanten – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) siap berkolaborasi dengan para mitra kerja terkait peningkatan kualitas layanan penyeberangan dan pelabuhan khususnya di lintasan tersibuk Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk demi kelancaran pada periode Libur Natal dan Tahun Baru mendatang, Minggu (25/9/2022)
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Shelvy Arifin mengatakan ASDP menjadikan layanan Angkutan Lebaran 2022 lalu sebagai lesson learned, dan telah disiapkan strategi sejumlah poin penting yang menjadi perhatian, terkait layanan pelabuhan, kapal, serta aspek keselamatan yang menjadi prioritas. Selain itu juga ada kelancaran arus penumpang dan kendaraan, termasuk layanan e-ticketing Ferizy yang saat ini memang baru bisa diakses 100 persen di Merak, Bakauheni, Ketapang dan Gilimanuk.
Tahun ini merupakan tahun ketiga dari implementasi layanan e-ticketing Ferizy sejak diluncurkan pada tahun 2020. Layanan e-ticketing Ferizy bertujuan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas angkut dengan demand penumpang di setiap pelabuhan sehingga penumpang yang akan menyeberang sesuai dengan kapasitas yang ada di waktu tertentu. Selain itu, pembelian e-ticketing Ferizy telah terkoneksi langsung dengan aplikasi PeduliLindungi sehingga dapat memastikan pengguna jasa telah sesuai dengan ketentuan persyaratan menyeberang, serta dengan melakukan pembelian tiket online, pencatatan manifest terkait hak asuransi semakin akurat.
“Sejak implementasi Ferizy di Tahun 2020, ASDP telah mengatur jumlah penumpang yang datang ke pelabuhan sesuai dengan kapasitas angkut per jam dan per hari nya. Artinya, kendaraan dan penumpang hanya diperbolehkan masuk ke pelabuhan (check in) sesuai dengan waktu yang telah dipilih saat membeli tiket yang mana selanjutnya pengguna jasa akan naik ke kapal dengan sistem atau mekanisme first in first out (FIFO) setelah proses Check In,” ujar Shelvy.
Data menyebutkan, sebelum implementasi Ferizy, pengguna jasa ferry cenderung menyeberang di malam hari dengan perbandingan 61 % di malam hari dan 39 % di siang hari dimana hal tersebut membuat produksi di malam hari berada di atas kapasitas muat rata-rata kapal yang berakibat terjadinya antrian di pelabuhan.
Setelah Ferizy diimplementasikan pada Lebaran 2022 yang lalu, karakteristik pengguna jasa yang dominan menyeberang di malam hari berhasil disebar secara merata melalui pembatasan kuota dengan persentase 42 % di malam hari dan 58 % di siang hari (Merak) dan persentase 49,7 % di malam hari dan 50,3 % di siang hari (Bakauheni).
Secara data di atas dapat disimpulkan bahwa secara data reservasi tiket customer sudah tersebar merata di setiap jamnya sesuai dengan jadwal yang dipilih oleh pengguna jasa dan kapasitas angkut alat produksi di pelabuhan (flattening the curve). Hanya dalam pelaksanaannya untuk menjamin agar customer masuk ke pelabuhan sesuai dengan jamnya masing-masing perlu dukungan dari berbagai stakeholder untuk melakukan pemeriksaan (screening) secara ketat mulai dari jalan tol (diluar pelabuhan), sehingga customer yang belum waktunya check in atau masuk ke dalam pelabuhan tidak dapat diizinkan menuju ke pelabuhan.
*Kerjasama Mitra Kerja*
Shelvy mengatakan, manajemen merespon positif masukan dan kritik dari regulator terkait dengan perubahan layanan di Pelabuhan utama, utamanya di Pelabuhan Merak dan Bakauheni yang kerap menarik perhatian karena sebagai “penghubung” dua Pulau terbesar, Sumatera dan Jawa.
Hal ini untuk menjawab masukan dari akademisi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sumatera Ilham Malik yang mengatakan untuk mengurai kepadatan di Pelabuhan Merak saat libur Natal dan Tahun Baru dan agar peristiwa saat musim mudik Lebaran 2022 tidak terulang, maka Pemerintah harus memperkirakan arus kendaraan yang akan menyeberang lewat pelabuhan tersebut untuk menentukan pola pengaturan yang tepat.
Pemerintah bersama seluruh pihak pengelola lalu lintas darat dan laut dihimbau untuk mengantisipasi kepadatan di Pelabuhan Merak, Banten saat libur Natal dan Tahun Baru. Hal ini pun membutuhkan penerapan berbagai skema lalu lintas untuk mengantisipasi potensi kepadatan yang dapat terjadi.
“Tentu saja survei ini harus dilakukan dengan baik untuk mengetahui berapa _demand_ atau kebutuhan yang harus dilayani oleh pihak pelabuhan, untuk area penampungan baik diluar dan didalam pelabuhan, jumlah kapal penyeberangan yang beroperasi, dan termasuk juga penyambutan di Pelabuhan Bakauheni. Jadi saya kira apa yang harus diperbaiki itu adalah kemampuan kita dalam memperkirakan suplai dan demandnya,” kata Ilham.
Ilham melanjutkan, penerapan pola tersebut di atas perlu didukung oleh perbaikan sistem tiket menggunakan Ferizy, sehingga pengemudi kendaraan bisa mengetahui giliran waktu masuk ke dalam pelabuhannya sehingga dapat menghindari penumpukan kendaraan di pelabuhan. Pemerintah pun perlu melakukan sosialisasi penerapan sistem tiket tersebut untuk mendukung kelancaran operasional dan pelayanan di pelabuhan penyeberangan.
“Pendekatan untuk pola sosialisasi pembelian tiket online melalui Ferizy harus dilakukan secara masif oleh pemerintah, agar masyarakat dapat melakukan pemesanan tiket dari jauh hari sebelum jadwal perjalanannya dan masuk ke pelabuhan dengan jadwal waktu yang sudah dipilih sehingga tidak perlu mengantre di Pelabuhan Merak seperti yang terjadi beberapa waktu lalu”, katanya.
Menurut Ilham kelancaran arus penyeberangan tidak hanya dibebankan pada ASDP, sebab perusahaan tersebut hanya berperan sabagai penyedia jasa pelabuhan dan kapal penyeberangan. Perlu peran pemerintah dan lembaga lain yang berperan untuk mengatur traffic pemeriksaan tiket online di luar pelabuhan (bufferzone), mengatur volume kendaraan yang akan masuk ke pelabuhan, dan mengatur arus lalu lintas di jalan tol sebelum memasuki pelabuhan.
Ilham mengungkapkan, untuk menjaga kelancaran penyeberangan saat libur Natal dan tahun baru pemerintah bisa meniru pola yang diterapkan pada arus balik dari Pelabuhan Bakauheni ke Merak saat libur lebaran 2022, yaitu dengan menerapkan delaying system pada rest areayang telah disediakan.
“Saya kira apa yang dilakukan oleh pihak Polda bersama ASDP serta Hutama Karya dan kawan-kawan di Pulau Sumatera pada saat arus balik lebaran beberapa bulan yang lalu menciptakan perjalanan yang lancar dimana hal ini terjadi karena dampak dari mereka menerapkan delaying system di masing-masing rest area. Saya kira skema ini bisa diterapkan oleh pemerintah untuk di Merak dan bahkan menjadi sangat mendesak untuk penerapan semacam itu karena ada traffic yang cukup tinggi di sana,” tutupnya.
Editor : Mahesa Apriandi