Namun, Ho juga menunjukkan penampilan atraktif bisa menimbulkan penilaian kurang menyenangkan. Kita sudah sering melihat betapa seringnya perempuan cantik dipandang sebelah mata, bahwa mereka pasti berotak dangkal karena lebih mementingkan penampilan.
Pada dasarnya, manusia mengelompokkan sifat-sifat positif sebagai cara memahami dunia. Menurut Ho, orang membuat asumsi karena otak selalu mencari jalan pintas untuk memahami keadaan di sekitar mereka. "Saat melihat orang cakep, orang akan langsung berpikir mereka juga baik hati, supel dan populer."
Padahal kenyataannya tak melulu begitu. Tak semua cewek cantik rendah hati, atau cowok ganteng lebih bugar dan berbakat. Ekspektasi yang tinggi terhadap orang atraktif akhirnya mendorong banyak dari mereka untuk memenuhi harapan.
"Kami menemukan, ketika orang dianggap memiliki keunggulan tertentu, mereka akan mengasah keterampilan tersebut," ujar Ho.
Mari ambil contoh anak perempuan yang sudah "cantik"dari lahir. Mereka biasanya menjadi anak kesayangan orang tua, punya banyak teman dan disukai para guru. Karena sering menjadi pusat perhatian, anak itu mungkin tumbuh sebagai sosok yang lebih percaya diri dan mudah bergaul.
"Perhatian ini membuat mereka memandang diri secara lebih positif, sehingga akhirnya mereka menjadi lebih percaya diri dan mengembangkan keterampilan lain yang mampu meningkatkan pandangan positif tersebut," lanjutnya.
Lain halnya dengan orang yang mengubah penampilan agar terlihat lebih menarik. Mereka bisa melihat betapa berbedanya cara orang memperlakukan mereka saat "masih jelek" dan setelah glow up. Kisah semacam ini bahkan sudah sering diangkat ke layar lebar, seperti Rara (Jessica Mila) dalam film Imperfect yang mendadak jadi idola di kantor setelah melangsingkan badan dan memutihkan kulit. Rekan kerja yang dulu mencemooh penampilan Rara, tiba-tiba bersikap ramah dan mengajaknya berteman.
Laki-laki pun bisa merasakan beauty privilege. Perempuan cenderung lebih ramah dan baik pada cowok ganteng.
Editor : Mahesa Apriandi