Rencananya sebagai berikut. Awuche akan bersender pada dinding, kami menandai bagian atas kepalanya dan menentukan tingginya menggunakan pita pengukur.
“Cara mereka mengukur saya, memang tidak bisa dibilang sempurna,” ungkap Awuche, yang mengaku cukup bahagia dengan rencana saya untuk mengukur tinggi pastinya.
Ia ternyata sudah tumbuh hingga melebihi ukuran rumah-rumah di daerah tempat tinggalnya. Tetapi setelah mencari-cari, kami akhirnya menemukan gedung dengan tembok yang cukup tinggi.
Ia mencopot sepatunya – sepasang sepatu yang terbuat khusus dari ban mobil bikinan tukang setempat karena Awuche tidak dapat menemukan sepatu yang pas untuknya.
Salah satu tetangganya naik ke atas bangku kayu untuk mencapai ketinggian Awuche supaya dia bisa menandai dinding dengan sepotong arang.
Setelah menggarisi dinding, tim BBC merentangkan pita pengukur dari garis yang ditandai di tanah. Sementara, Awuche memandang dengan antisipasi.
“Awuche, pita pengukur menunjukkan 2,24 meter,” ujar salah satu anggota tim BBC.
Dengan senyumnya yang khas, ia bertanya “Wow, jadi apa artinya?”
“Ya, pria tertinggi yang hidup tingginya 2,51 meter, dia hanya hampir satu kaki lebih tinggi daripadamu,” lanjut tim BBC.
Tim BBC merujuk pada pria bernama Sultan Kösen, yang tinggal di Turki dan kini memegang rekor Guiness Dunia untuk pria tertinggi.
“Saya masih bertumbuh tinggi. Siapa tahu, suatu saat saya bisa mencapai tinggi itu,” kata Awuche, sama sekali tidak kecewa karena kesalahan angka yang diberikan rumah sakit sebelumnya.
“Seitap tiga atau empat bulan saya bertumbuh… Kalau Anda belum melihat saya dalam waktu tiga sampai empat bulan, Anda akan sadar tinggi saya bertambah,” jelasnya.
• Lidah menjulur
Awuche mulai menyadari tingginya terus bertambah saat ia berusia 22 tahun dan tinggal di ibu kota Accra.
Ia pindah ke sana untuk mencoba membangun hidup di kota besar, di mana saudara laki-lakinya tinggal, setelah menamatkan SMA.
Dia sempat bekerja sebagai pemotong daging, demi menabung untuk mengikuti kelas di sekolah mengemudi.
Tetapi suatu pagi ia bangun dengan kebingungan.
“Saya menyadari lidahku menjulur dalam mulutku hingga saya susah bernapas [dengan baik],“ ujarnya.
Ia kemudian pergi ke farmasi setempat untuk membeli obat. Namun, beberapa hari setelahnya, ia mulai mengamati seluruh bagian tubunya mulai bertumbuh besar.
Ketika keluarga dan teman-temannya berkunjung dari desa ke kotanya, mereka semua berkomentar tentang pertumbuhannya yang cepat.
Pada titik inilah ia mulai menyadari bahwa secara perlahan, ia mulai berubah menjadi raksasa.
Ia jauh lebih tinggi dibandingkan semua orang, hingga ia harus mencari pertolongan medis karena pertumbuhannya membawa komplikasi lain.
Awuche memiliki tulang punggung melengkung secara aneh.
Hal tersebut merupakan salah satu gejala paling terlihat dari kondisinya, yakni sindrom Marfan, sebuah gangguan genetik yang mempengaruhi jaringan-jaringan ikat tubuh.
Penyakit ini membuat anggota badan Awuche tumbuh secara abnormal.
Komplikasi lebih serius mencakup cacat jantung.
Para dokter mengatakan ia perlu menjalani operasi bedah di otaknya untuk menghentikan pertumbuhan.
Tetapi asuransi kesehatan publik Ghana tidak dapat membiayai operasi ini, karena hanya mencakup perawatan umum.
Untuk setiap kunjungan ke rumah sakit, Awuche harus mengeluarkan biaya USD50 (Rp779.042).
Berbagai masalah kesehatan yang ia derita akhirnya membuatnya kembali ke desa, tempat ia tinggal enam tahun lalu. Ia pun terpaksa meninggalkan mimpinya untuk menjadi supir.
”Saya berencana masuk sekolah mengemudi, tetapi ketika saya memundurkan kursi mobil, saya tidak bisa memegang setir. Saya tidak bisa meregangkan kaki saya karena lutut saya akan terbentur setir,” paparnya.
Dia sekarang tinggal bersama saudara laki-lakinya dan mencari nafkah dengan mendirikan usaha kecil yang menjual pulsa.
Tingginya juga membuat Awuche sulit bersosialisasi.
“Dulu saya sering bermain bola seperti pemuda lain, dulu saya atletik tetapi sekarang bahkan saya tidak bisa berjalan jarak dekat,” jelasnya
• Selebritas lokal
Meski menghadapi banyak rintangan, Awuche tidak membiarkan kondisi itu menjatuhkannya.
Ia terlihat penuh semangat dengan sosoknya yang tinggi dan ramping ketika ia berjalan melewati jalanan berdebu di desanya. Ia menebar senyuman ketika orang-orang memanggilnya.
Ia cukup dikenal sebagai selebritas lokal.
Segerombolan orang lansia yang duduk depan gudang basa-basi dengannya, anak-anak menyapanya dengan melambaikan tangan, dan beberapa perempuan datang untuk berpelukan dan bercanda dengannya.
Beberapa orang ingin berfoto dengannya, bahkan orang tak dikenal menghampirinya dan bertanya apakah ia raksasa yang mereka lihat di media sosial.
Editor : Mahesa Apriandi