CILEGON, iNewsBanten- Biasanya ketupat kulit (Janur) mudah ditemui pada Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, namun di wilayah Cilegon, Banten, ketupat justru mudah ditemui pada pertengahan Ramadhan 1444 H.
Para warga di wilayah tersebut disibukkan dengan kegiatan memasak ketupat bahkan ada yang order ketupat. Biasanya dilakukan pada hari ke-15 Puasa Ramadhan.
Tradisi itu dikenal dengan istilah Qunutan atau Kupat Qunutan. Ketupat-ketupat yang sudah matang dibawa ke masing-masing pemesan. Untuk persiapan menjelang Salat Tarawih dan kemudian dibagikan kembali kepada jemaah usai shalat tarawih tersebut.
Uniknya, yang dibawa hanya ketupat, tanpa ada sayur ataupun ada yang membawa lauk lainnya seperti opor ayam dan sayur ketupat.
Salah seorang Perdagang Online Kelontong Ketupat, Lepet dan Lontong bernama Ida Fitrida perempuan yang akrab disapa Teh Ida itu alias berlogo 'JAJANAN MAMAH AZZAHRA' warga Jombang Kali, Kelurahan Masigit, Cilegon, Banten.
"Untuk satu ikat ketupat dijual Rp 25.000, Lepet satu ikat Rp. 30.000, Lontong Rp. 30.000, dengan isi sepuluh, warga menggunakan kelontong ketupat untuk membuat ketupat dalam merayakan malam Qunut sebagai tanda pertengahan bulan Ramadhan.
Tradisi itu dikenal dengan Qunutan karena imam membacakan doa Qunut pada rakaat terakhir pelaksanaan Shalat Witir.
Qunutan adalah tradisi lama yang masih diwariskan hingga saat ini. Walaupun saya sendiri kurang begitu tahu pastinya kapan dimulainya tradisi tersebut.
Ada yang menyebutkan tradisi itu telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Demak ketika memperluas pengaruhnya ke daerah barat pada 1524. Sultan Cirebon, Sunan Gunung Jati, yang dibantu pasukan Demak menduduki pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten.
"Ketupat tersebut dibagi-bagikan dimaksudkan untuk meraih berkah pada bulan Suci Ramadhan ini," ujar Ida Fitrida (Pedagang Online_Red) yang diwawancarai Awak Media iNews. id Banten dikediamannya.
Lebih lanjut, dengan bersedekah berupa makanan tersebut, masyarakat berharap bisa menjalani puasa yang tersisa tanpa ada hambatan.
"Harapannya tentu ingin meraih malam Lailatul Qadar yang ada pada penghujung Ramadhan," kata pempuan pedagang ketupat yang berumur 39 tahun itu.
Tradisi itu juga sebagai bentuk rasa syukur Umat Muslim karena berhasil menjalani separuh Ramadhan.
Qunutan masih berlangsung hampir di seluruh wilayah Banten. Biasanya, ketupat yang didapat dari masjid tersebut dibawa ke rumah dan dimakan dengan sayur kulit tangkil atau opor ayam.
Apalagi, sebagian besar daerah tersebut dihuni oleh pendatang yang di daerah asalnya tidak mempunyai tradisi Qunutan, ada yang memakai tradisi qunut namun tidak sempat masak sendiri.
"Saya berharap tradisi ini bisa tetap berlangsung meskipun wilayah ini banyak dihuni para perantau," harap perempuan sang Pedagang Online 'Jajanan Mamah Azzahra' yang sudah terkenal (familiar) saat ini.
"Tahun ini, saya menyiapkan ketupat kurang lebih 1500 ketupat," kata Ida.
Selain untuk dibawa ke pemesan dan untuk dibawa ke masjid, ketupat-ketupat tersebut dibagikan kepada keluarga dan tetangga-tetangga dekatnya. Di masjid, ketupat-ketupat tersebut dikumpulkan dan kemudian dibagikan usai shalat.
"Biasanya yang suka berebut ketupat di masjid identiknya adalah anak-anak kecil. Iya namanya juga anak-anak, pasti senang dan antusias," kata dia.
Tradisi itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, serta waktu yang tepat untuk bersilaturahmi bersama umat muslim.
Qunutan itu juga, sambung dia, membuat masjid atau mushollla yang mulai ditinggalkan jemaah karena kesibukan menyambut lebaran, kembali ramai.
Untuk konsumsi pribadi, Ida juga membuat sayur seadanya untuk menemani makan ketupat. Tapi ada juga masyarakat yang memakan ketupat dengan karedok dan makanan lainnya.
"Tergantung selera. Ada juga yang memakannya dengan sayur kulit tangkil. Itu adalah makanan khas Banten."
Ida Fitrida berharap bisa mendapat berkah Ramadhan dengan menjalani tradisi Qunutan tersebut.
Tradisi Qunutan tidak hanya membawa berkah bagi masyarakat yang menjalaninya juga. Pedagang kulit ketupat di sejumlah pasar tradisional juga meraup keuntungan.
Ia mengaku penjualan kulit ketupat biasa meningkat saat Qunutan dan menjelang lebaran. Di Indonesia, tradisi Qunutan tak hanya berlangsung di wilayah Banten.
Editor : Mahesa Apriandi