SEMARANG, iNewsBanten- Lagu Lir-Ilir adalah lagu tradisional dari Jawa Tengah yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.
Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga sebagai sarana menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada awal abad ke-16.
Lirik lagu lir-ilir dan maknanya dikenal sebagai lagu tembang dolanan atau lagu daerah Jawa Tengah. Liriknya yang berbahasa Jawa merupakan kata perumpamaan yang bermakna ganda menjadi media dakwah bagi Sunan Kalijaga.
Salah satu Wali Songo yang menggunakan tembang atau lantunan lagu untuk berdakwah, yaitu Sunan Kalijaga dengan lagu Lir-Ilir. Sejumlah Ulama membuat lagu saat itu sebagai sarana untul lebih dekat kepada masyarakat setempat dalam mengingatkan umat Islam untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta.
Sejak dulu para Wali Songo mencoba menyampaikan ajaran Islam melalui lagu. Selain itu, lagu ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga dalam rangka menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-16.
Lirik Lagu Lir-Ilir:
Lir-Ilir lir ilir
Tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo tak sengguh temanten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumitir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako surak iyo.
Makna Lagu Lir-Ilir
Makna lagu ini mengajak umat masyarakat untuk menguatkan keimanannya dengan selalu beramal sebanyak-banyaknya agar kelak bertemu dengan Yang Maha Kuasa. Selain itu, tembang lir-ilir juga bertujuan untuk memberitahu kepada masyarakat, sebagai umat Islam harus bangkit atau sadar akan keberadaan Allah SWT.
Lirik yang berbunyi “Tak ijo royo-royo, tak sengguh panganten anyar” ini bermakna kesadaran diri tentang apakah kita ingin membiarkan tanaman kehidupan layu dan mati, atau memeliharanya sampai berbunga dan berbuah untuk mendapatkan kebahagiaan darinya seperti kebahagiaan pengantin baru (tak sengguh panganten anyar).
Lalu pada lirik berikutnya “Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi”. Cah angon berarti anak seorang penggembala. Gembala di sini maksudnya kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan dalam hidup yaitu “hati”.
Kemudian, lirik “Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodotiro” digunakan untuk membasuh seluruh badan (dodotiro) dari dosa dan perbuatan yang dilanggar. Meski terkesan susah, memanjat pohon belimbing untuk tetap bisa menggapai dan memetiknya yang berarti kita harus selalu menjaga sholat lima waktu dan menjalankan Rukun Islam.
Selanjutnya pada lirik “Dodotiro dodotiro kumitir bedah ing pinggir” artinya kita sebagai manusia pasti memiliki dosa. Sehingga perlu dibersihkan dengan cara Dondonono dan Jlumatono (Jahitlah dan Benahilah) agar bersih dari dosa-dosa.
Dilanjut dengan lirik “Kanggo sebo mengko sore” yang artinya “Untuk dipakai di sore hari nanti”. Kata “Sore” bermakna akhirat, sejak dini sudah harus mempunyai bekal sebelum Allah SWT memanggil kita.
Makna lagu lir-ilir ini pada baris “Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane” artinya waktu dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan yang terakhir pada lirik “Yo surako surak iyo” apabila ada seseorang yang mengingatkan, jawab dengan “Ya”.
Kita juga harus selalu menjadi orang baik yang membuat orang lain bahagia ketika mereka melihat kita. Walaupun banyak kendala yang ditemui dalam perjalanan menyempurnakan Rukun Islam. Tapi kita harus melakukan yang terbaik untuk mempertahankannya.
Tak hanya itu, kita harus selalu menyempurnakan ketakwaan kita kepada Allah. Sunan Kalijaga mengingatkan kita dengan tembang lir-ilir bahwa kita berada di muka bumi sebagai khalifah sekaligus jenderal. Tugas kita sebagai pemimpin adalah mampu membawa dan membagikan kebaikan yang Tuhan perintahkan.
Itu lirik lagu Lir-Ilir dan maknanya, lagu ini cukup mudah dipahami dan semoga bermanfaat bagi masyarakat.
Sumber:
Editor : Mahesa Apriandi