SERANG, iNewsBanten - Kondisi musim kemarau saat ini ditambah polusi udara usia anak-anak diketahui sangat rentan terkena penyakit. Tidak hanya bisa membuat jatuh sakit, namun kognitif anak juga akan terganggu akibat terlalu sering menghirup udara tercemar.
Dampak terbesarnya adalah pada kualitas hidup anak. Jika sudah mulai timbul gejala alergi, demam berkepanjangan, maka dipastikan akan berpengaruh terhadap aktivitasnya.
Melansir dari okezone pada Minggu (27/8/2023) Peneliti Utama Health Collaborative Center (HCC) Dr.dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK menuturkan, anak yang berusia dibawah lima tahun, maka tumbuh dan kembangnya cenderung berasal dari stimulasi pendidikan di rumah.
Stimulasi pendidikan di rumah bisa didapat dari aktivitas saat ia bermain. Namun, apabila anak sudah tidak bisa bermain, maka ia tidak akan bisa mencapai potensi-potensi kognitif yang baik, dan itu berpengaruh kepada sosial skill-nya di masa depan.
“Tidak memiliki sosial skill. Kalau sudah kayak gini jangka panjangnya, sudah susah. Beberapa penelitiannya ada di beberapa negara, anak yang sejak awal tidak terstimulasi dengan baik, kemampuan sosial skillnya menjadi jelek, ujung-ujungnya dia akan akan tumbuh menjadi orang dewasa yang merugi, dan itu sudah banyak penelitiannya,” ucap dr Ray.
Lalu langkah apa yang harus dilakukan disaat kondisi seperti ini?
Keadaan polusi saat ini memang dianjurkan untuk anak-anak tidak terkena reduksi paparan. Reduksi paparan idealnya adalah memang untuk tidak keluar ruangan atau keluar rumah terlebih dahulu.
Untuk itu, coba perkuat stimulasi dengan mengajarkan langsung oleh ayah dan ibu ketika berada di dalam rumah. Untuk anak dibawah usia lima tahun, lebih efektif untuk diajarkan langsung oleh orangtua.
Sehingga dari kegiatan stimulasi di rumah tersebut, akan meminimalisir anak untuk terpajan polutan yang dampaknya akan sangat terasa oleh kelompok rentan seperti mereka (anak balita).
Editor : Mahesa Apriandi