“Awalnya sih sering ngelamun, karena saya merawat tiga anak jadi gak bisa mantau. Dia sering ngamuk karena HP-nya saya jual. Sebenarnya, anaknya tidak nakal. Tapi mungkin kesel HP-nya saya jual,” ujarnya.
Anita mengaku alasan menjual handphone anaknya tersebut karena faktor ekonomi lantaran 8 bulan tak ada kabar dari suaminya yang bekerja sebagai buruh serabutan atau kuli di luar kota.
“Saya bingung karena tidak ada uang buat makan. Suami saya sudah 8 bulan tidak ada kabar,” ucapnya.
Dia berharap anaknya bisa kembali normal dan sekolah seperti anak lainnya. "Saya kepengin anak saya ini bisa kembali lagi kayak dulu," ucapnya.
Terapi Khusus
Kabid SD dan SMP Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih mengatakan, kasus yang dialami ARP merupakan bencana sosial yang perlu penanganan khusus.
Editor : Mahesa Apriandi