Belasan Tahun Tak Lelah Mencari, Pak Wilson Asal Lebak Masih Menanti Anaknya yang Hilang Sejak 2007

LEBAK iNewsBanten – Kisah haru datang dari seorang pria lanjut usia bernama Pak Wilson, yang terus mencari anaknya yang hilang sejak tahun 2007. Setiap hari, ia membawa sebuah foto usang sang anak dan berharap ada yang mengenali wajah itu. Potret perjuangan Pak Wilson ini diunggah oleh akun media sosial Sekedar Info dan langsung menyentuh hati banyak warganet.

Dalam unggahan tersebut, terlihat Pak Wilson duduk di bangku taman dengan mengenakan pakaian serba biru. Ia membuka tas ranselnya dan menunjukkan foto anak laki-lakinya kepada kamera. Wajahnya terlihat lelah, namun penuh harap. "Ini anak saya, hilang sejak tahun 2007. Saya belum tahu kabarnya sampai sekarang," ucapnya lirih dalam video yang dibagikan.

Menurut informasi dari Sekedar Info, setelah peristiwa kehilangan itu, Pak Wilson memutuskan meninggalkan tempat tinggal lamanya di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia lalu menetap di Lebak, Banten, dan memulai pencarian dari sana. Tak pernah sekalipun ia menyerah. Ia terus menyusuri tempat-tempat umum seperti terminal, stasiun, taman kota, dan fasilitas umum lainnya demi satu tujuan: menemukan kembali anaknya yang telah lama hilang.

Meski telah berjalan lebih dari 17 tahun, cinta dan harapan seorang ayah tak pernah luntur. Ia tetap membawa tas ransel berisi barang-barang sederhana dan secarik foto anaknya, yang kini sudah mulai pudar dimakan waktu. Foto itulah yang menjadi satu-satunya petunjuk dan harapan terbesar bagi Pak Wilson.

Unggahan tersebut mengundang simpati dan empati dari ribuan warganet. Banyak yang membagikan ulang postingan Sekedar Info, berharap lebih banyak orang yang melihat dan mungkin bisa memberikan informasi penting. Warganet juga mengajak siapa pun yang mengenali wajah dalam foto itu, atau memiliki informasi terkait, untuk segera menghubungi pihak berwenang atau komunitas sosial setempat.

Kisah Pak Wilson adalah gambaran nyata tentang kasih seorang ayah yang tak pernah padam. Dalam diam dan sepinya usia senja, ia terus menanti keajaiban—dipertemukan kembali dengan anak yang ia cintai.

Editor : Mahesa Apriandi