SERANG, iNewsBanten - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa penerimaan perpajakan hingga semester I 2022 mencapai Rp1.035,9 triliun.
Angka ini tumbuh 52,3% dari realisasi semester I tahun 2021 atau 58,1% dari Perpres nomor 98 tahun 2022.
"Penerimaan ini terdiri dari penerimaan pajak Rp868,3 triliun. tumbuh 55,7% atau 58,5% dari Perpres 98/2022 dan penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp167,6 triliun, tumbuh 37,2% atau 56,1% dari Perpres 98/2022. Kita berharap momentum ini bisa terus kita jaga," ujar Sri dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Gubernur Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Jumat(1/7/2022).
Penerimaan pajak di semester I ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
Pertama adalah peningkatan transaksi ekonomi.
Faktor kedua adalah dampak implementasi kebijakan UU HPP antara lain Program Pengungkapan Sukarela (PPS) atau Tax Amnesty Jilid II.
Kemudian, faktor lainnya adalah peningkatan harga komoditas, baik migas dan nonmigas, serta low-based effect realisasi semester I 2021.
"Pertumbuhan untuk penerimaan per jenis pajak juga sangat menggembirakan, seluruh jenis pajak utama mencatat pertumbuhan double-digit, mengindikasikan pemulihan pada berbagai aktivitas ekonomi," ungkap Sri.
Pertumbuhan tertinggi dicatat oleh PPh pasal 22 impor sebesar 236,8% yang terutama disebabkan oleh basis rendah tahun 2021 akibat insentif pajak.
Pada saat yang sama, aktivitas impor juga meningkat, yang terlihat pada pertumbuhan PPN Impor.
"Baiknya kinerja PPh 21 menunjukkan pemulihan serapan tenaga kerja. PPh badan tumbuh dengan sangat baik 136,2% didukung oleh profitabilitas usaha yang meningkat dan basis rendah tahun 2021 akibat insentif pajak. Kinerja PPN DN yang baik mencerminkan pemulihan konsumsi dalam negeri, dan implementasi PPS menjadi penopang baiknya kinerja PPh final yang tumbuh 81,4%," jelas Sri.
Secara umum, kinerja penerimaan pajak ditopang oleh kenaikan harga komoditas sejak tahun 2021, pemulihan ekonomi, serta basis yang rendah akibat phasing-out insentif.
Seluruh sektor utama tumbuh positif dan mayoritas mencatatkan pertumbuhan double digit, mengindikasikan pemulihan terjadi pada semua sektor.
"Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh sektor pertambangan 286,8% yang didukung oleh kenaikan harga komoditas tambang sejak tahun 2021 atau commodities boom. Selain itu, sektor dengan kontribusi terbesar yaitu industri pengolahan dan perdagangan juga tumbuh dengan baik masing-masing 45,1% dan 62,8% sejalan dengan peningkatan aktivitas produksi (PMI ekspansif) dan penjualan yang mendorong peningkatan sektor impor dan ekspor," papar Sri.
Tak hanya itu, Sri juga mengatakan bahwa sektor-sektor jasa pun tumbuh dengan baik sejalan dengan pelonggaran mobilitas dan peningkatan konsumsi.
Namun, sektor informasi dan komunikasi mencatat penurunan dari 15,9% di semester I 2021 menjadi 7,2% di semester II 2022 akibat transaksi semester I 2021 yang tidak berulang di 2022.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait