Lebih lanjut, Iis menuturkan dirinya kerap mengumpulkan uang kuno dari masyarakat sekitar. Menurutnya, banyak warga perumahan yang kerap menjual uang kuno tersebut ke lapak dagangannya yang berada di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat.
"Ada orang dari perumahan perumahan di jual ke sini, kita beli, kalau barangnya cocok ya kita ambil, kalau barangnya banyak, ya kita pikirin dulu," ujarnya.
Iis mengungkapkan uang kuno yang kerap dia jual yaitu uang Belanda yakni Gulden 2,5 dalam satu keping. Menurutnya dia kerap mendapat keuntungan yang lumayan saat menjual uang Gulden tersebut.
"Kalau uang Belanda yang tulisannya Gulden sekarang kisaran Rp200.000 per keping. Itu satu koin itu yang 2,5 Gulden Belanda, zaman Hindia Belanda," katanya.
Iis menceritakan dia beberapa kali memilki uang Gulden Belanda yang diterbitkan pada tahun 1818. Menurutnya, dari uang itu dia kerap mendapatkan keuntungan lebih sebab harganya yang fantastis.
"Kalau koin yang paling langka, 2,5 Gulden yang tahun 1818 itu susah dicari, itu harganya emang udah mahal. Itu kalau dijual bisa di atas Rp5 juta lebih satu koin. Nah kalau tahun 1818 itu satu keping 3 Gulden," tuturnya.
"Kalau saya yang pernah jual paling mahal, paling uang kertas yang seri binatang, seri-seri Indonesia. Yang paling mahal ini, uangnya sempat beredar tapi ditarik lagi ke pemerintah tahun 1957 Rp5.000 gambar banteng, itu paling Rp10 jutaan," tuturnya.
Menurut Iis, meski tidak selalu menghasilkan uang dalam bentuk banyak, koleksi-koleksi uang kuno yang dia miliki kerap memberikan kepuasan tersendiri. Terlebih, jika uang yang dia miliki tidak dimiliki rekan-rekan sesama penjual uang kuno.
"Ditambah buat kepuasan juga ngoleksi barang, puasnya dapat barang susah, barangnya jarang, kita juga bisa jual mahal. Kalau misalnya dapat barang susah nih, nah terus baru saya saja yang dapet yang lain belum, itu ada kepuasan tersendiri," katanya.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait