JAKARTA, iNewsBanten - Jepang memiliki sejarah yang dimulai ribuan tahun yang lalu. Para ilmuwan percaya bahwa orang Jepang adalah keturunan dari banyak kelompok yang bermigrasi ke pulau-pulau dari Asia, termasuk China dan Korea.
Dikutip melalui History Extra, samurai adalah anggota kelas prajurit yang naik keatas kekuasaan di Jepang sejak abad ke-12 dan seterusnya. Seiring waktu, mereka berkembang menjadi kekuatan dari istana kekaisaran Jepang yang berfungsi memadamkan pemberontakan dan berjuang untuk kaisar.
Samurai secara teknis berarti pelayan kekaisaran tetapi dalam kenyataannya sebagai kelas penguasa militer Sedangkan arti kedua adalah pedang khas Jepang dengan bentuk agak melengkung. Artinya, kata samurai bisa digunakan untuk menyebut senjata tajam atau pedang khas Jepang.
Sejarah Samurai
• Pemerintah Kamakura dan Bangkitnya Samurai (1185-1333)
Dikutip melalui History, selama Periode Heian (794-1185), samurai adalah pendukung bersenjata dari pemilik tanah yang kaya – banyak dari mereka meninggalkan istana kekaisaran untuk mencari kekayaan mereka sendiri setelah dicabut kekuasaannya oleh klan Fujiwara yang kuat. Kata "samurai" secara kasar diterjemahkan menjadi "mereka yang melayani."
Pada 1185, Jepang mulai diperintah oleh prajurit atau samurai. Sampai saat ini pemerintah secara teori birokrasi, tetapi sebenarnya aristokrat yaitu, orang memegang posisi tertentu karena mereka dilahirkan dari keluarga yang berhak memegang pekerjaan itu. Bahkan setelah 1185, pemerintahan sipil di istana Kaisar berlanjut hukum dan negara tidak diubah, tetapi kelas samurai baru berkuasa dan semakin menjadi penguasa negara yang sebenarnya.
Beberapa bentuk kepemimpinan militer tetap menjadi bentuk pemerintahan di Jepang sampai tahun 1868, ketika sebuah pemerintahan birokrasi terpusat muncul dengan Restorasi Meiji.
• Pemerintah Ashikaga dan dalam Kekacauan (1333-1336)
Pada tahun 1333, Keshogunan Kamakura kehilangan kendali atas negaranya dari keluarga samurai saingannya yaitu keluarga Ashikaga. Keshogunan Ashikaga memindahkan ibu kota kembali ke Kyoto, tetapi tidak mampu memegang kendali atas berbagai provinsi seperti yang dimiliki pemerintah Kamakura. Dipedesaan sekitarnya, daimyo (kepala provinsi) memerintah rakyat, dan sering berperang melawan satu sama lain atas klaim teritorial. Para daimyo membangun pemerintahan birokrasi di setiap provinsi dan berusaha membawa semua elemen masyarakat dibawah kekuasaan militer mereka. Aturan lokal lebih berkembang dari sebelumnya, tetapi pemerintah pusat yang diwakili oleh shôgun lemah.
Keshogunan Ashikaga, yang berpusat di Kyoto, dimulai sekitar tahun 1336. Selama dua abad berikutnya, Jepang berada dalam keadaan konflik yang hampir konstan antara klan teritorialnya yang bermusuhan. Setelah Perang Onin yang sangat memecah belah pada tahun 1467-77, shogun Ashikaga tidak lagi efektif, dan Jepang feodal tidak memiliki otoritas pusat yang kuat
Ekspansi ekonomi yang cukup besar di Jepang. Itu juga merupakan zaman keemasan bagi seni Jepang, karena budaya samurai berada di bawah pengaruh Buddhisme Zen yang berkembang. Selain bentuk seni Jepang yang sekarang terkenal seperti upacara minum teh, taman batu dan merangkai bunga, teater dan lukisan juga berkembang selama periode Muromachi.
• Pemerintahan Tokugawa dan Samurai di bawah Kendalinya (1600-1868)
Pada tahun 1600, salah satu keluarga militer yang kuat, Tokugawa, berhasil mendapatkan kendali militer atas semua daimyo lokal. Tokugawa menciptakan pemerintahan militer birokrasi yang jauh lebih kuat di Edo, sekarang bernama Tokyo. Ia menguasai baik secara langsung maupun tidak langsung semua elemen masyarakat, seperti sektor agraris dan komersial.
Periode Negara Berperang akhirnya berakhir pada tahun 1615 dengan bersatunya Jepang di bawah Tokugawa Ieyasu. Periode ini mengantarkan perdamaian dan kemakmuran selama 250 tahun di Jepang, dan untuk pertama kalinya samurai mengambil tanggung jawab untuk memerintah melalui cara sipil daripada melalui kekuatan militer. Ieyasu mengeluarkan "tata cara untuk Rumah Militer," di mana samurai diperintahkan untuk melatih senjata secara setara dan belajar "sopan" sesuai dengan prinsip-prinsip Konfusianisme.
Di Jepang yang damai, banyak samurai dipaksa menjadi birokrat atau melakukan beberapa jenis perdagangan, bahkan ketika mereka mempertahankani diri mereka sendiri sebagai pejuang. Pada tahun 1588, hak untuk membawa pedang dibatasi hanya untuk samurai.
Samurai selama periode ini menjadi "manusia dua pedang", menggunakan pedang pendek dan panjang sebagai tanda hak istimewanya. Namun, kesejahteraan materi dari banyak samurai sebenarnya menurun selama Keshogunan Tokugawa.
Pada 1868, Restorasi Meiji menandai awal berakhirnya samurai. Sistem monarki konstitusional Meiji mencakup reformasi demokrasi, seperti batasan masa jabatan untuk pejabat publik dan pemungutan suara populer Dengan dukungan publik, Kaisar Meiji menyingkirkan samurai.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait