Setelah pensiun menjadi preman pada 2003, dia pun belajar membuat bubur ayam dari kakaknya. Pada awal menjadi tukang bubur, dia mendapat pinjaman gerobak dari tetangganya. Namun jualan bubur ayam ternyata tak semudah yang dibayangkan karena beberapa kali mengalami kegagalan.
Dari sebelumnya jualan keliling di Kampung Rambutan, Jakarta Timur, kemudian dia mencari tempat mangkal mulai dari Tebet hingga Kuningan. Namun sewa tempat di lokasi tersebut mahal hingga akhirnya dia menemukan tempat yang cocok di Pademangan, Jakarta Utara pada 2012.
"Di Tebet dan Kuningan enggak cocok karena kontrak mahal, lalu lari ke Pademangan, dapat tempat dan ngontrak di sana pada 2012," ujarnya.
Usaha dengan nama Bubur Ayam Special Bang Jerry Khas Pemalang itu ternyata laris manis di Pademangan hingga dua bulan kemudian, dia membuka cabang kedua di sana. Hingga akhir tahun lalu, dia sudah memiliki 8 cabang, dengan rincian 4 di Pademangan, 2 di Mangga Besar, dan 2 di Cikupa Tangerang.
Tiap cabang rata-rata habis 9 liter per hari. Namun, khusus di pusatnya, bubur ayamnya jual pagi dan malam hari.
"Ada yang (bawa) 9 liter, ada yang 5, 6, 8, sama 7. Kalau di sini 9 liter. Kalau sore 5 liter. Rata-rata 8-9 liter. Satu porsi (bubur ayam) Rp10.000. Kalau hari libur, bisa bawa 20 liter," tuturnya.
Semua cabang bubur ayam miliknya ramai pembeli. Bahkan, dia memiliki 17 karyawan di sejumlah cabang tersebut. Dengan ramainya pembeli di 8 cabang bubur ayam yang dimilikinya, diperkirakan omzetnya mencapai ratusan juta per bulan.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait