Ia berharap, meski jaman semakin modern dan serba instan, tradisi qunutan ini oleh masyarakat Salira bisa terus dijaga kelestariannya.
"Kalau dulu untuk bahan ketupat dari daun muda kelapa atau janur, masyarakat tinggal ambil di ladang, seiring maraknya alih fungsi lahan pertanian karena faktor pembangunan, mungkin sudah jarang pohonnya, dan janur harus beli, disitu ada peralihan proses, tapi intinya masyarakat Salira masih antusias menyambut tradisi qunutan ini. Tapi yang dikhawatirkan banyak generasi muda yang belum bisa membuat tempurung ketupat, harapannya sih para orang tua yang bisa mengajarkan kepada anak-anaknya, agar tradisi ini terus lestari," harapnya.
Dari pantauan langsung iNewsBanten di beberapa Daerah selain di Desa Salira, pada Rabu sore dan hari kamis (6/4/2023) malam, masyarakat nampak sebagian masih membuat kerangka ketupat di rumah masing-masing, bahkan ada yang membuatnya di halaman rumah sambil ngadem atau dapat udara segar. tutupnya
Editor : Mahesa Apriandi