Tak hanya itu, penyuluhan kesehatan digelar di SMA Negeri 5 Cilegon. Di sekolah itu, para dokter memaparkan pentingnya kesehatan mental dan reproduksi, isu yang kerap dianggap tabu namun krusial di kalangan remaja.
Menurut dr. Arief, kegiatan ini bukan sekadar rutinitas peringatan tahunan, tetapi bentuk konkret dari semangat keberpihakan profesi medis. Ia juga mengingatkan rekan sejawat agar tidak terjebak dalam zona nyaman praktik medis. “Dokter tidak boleh hanya menuntut hak, tapi harus memberi ruang lebih luas bagi pengabdian sosial, terutama untuk mereka yang tak mampu mengakses layanan kesehatan,” tegasnya.
IDI Cilegon berharap pendekatan langsung ke masyarakat ini bisa menjadi praktik baik yang menginspirasi organisasi profesi lainnya. Lebih dari sekadar selebrasi tahunan, HBDI tahun ini menjadi refleksi: apakah dokter masih menjadi garda empati di tengah sistem layanan kesehatan yang makin berjarak?
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait
