Menurut Triana, apabila material sudah sanggup dan bisa di progres, maka pembongkaran bisa dilakukan.
"Dari situ kan sudah oke material sudah sanggup otomatiskan progres akan naik. Misalnya telah dilaksanakan pembongkaran, lalu ada warga yang nanya ke saya kapan boleh dibongkar, kalau mau di bongkar jangan dihabiskan dulu," ujar Triana.
Sementara itu, Aceng pihak Desa Junti menapik penjelasan Fasilitator dan yakin intruksi pembongkaran datang dari Triana karena fasilitator kepanjangan tangan Perkim Kabupaten.
"Begini saya luruskan lagi, pak Triana kan kepanjangan dari Perkim, kan saya mengatasnamakan (dia Perkim-red), tanpa disuruh saya tidak akan bongkar," ucap Aceng.
Kata Aceng, pihak Desa sudah memanggil warga penerima program Rutilahu untuk memberikan penjelasan prihal keterlambatan material bangunan.
"Sebelum ada pembongkaran saya kumpulkan warga hari Minggu di sini (Kantor Desa-red), berikut RT nya kesini. Lalu kami minta maaf atas keterlambatan barang karena ada masalah miskomunikasi," kata Aceng.
Permasalahan kenaikan BBM jadi kendala, Aceng juga menghimbau untuk tetap bersabar dan pastikan akan dibangun.
"Terutama masalah harga itu tadi kenaikan BBM menjadi tertunda, miskomunikasi penyuplai dengan Dinas Perkim, tolong sabar dulu, yakin rumah dibongkar kalau tidak dibangun saya taruhannya, kalau tidak dibangun saya anak nuntut juga nih, rumah suruh dibongkar ternyata tidak dibangun tinggal kesabaran mereka masing-masing saja," tutup Aceng.
Pantauan iNewsBanten di lapangan tampak beberapa bahan material seperti semen, kusen (pintu kayu-red) dan besi, masih di simpan di gudang milik warga.
Editor : Mahesa Apriandi