Namun di balik sosok Bung Tomo yang keras, Sulistina justru menemukan sisi romantisme dalam diri Bung Tomo, yang barangkali tidak banyak dirasakan oleh orang lain. Sisi romantisme itu mulai dirasakan ketika Bung Tomo berani mengutarakan perasaan cintanya kepada Sulistina.
Keberanian Bung Tomo cukup bulat dan tanpa minder, Bung Tomo menyatakan bahwa dirinya sangat mencintai Sulistina. Bung Tomo menginginkan dirinya dengan Sulistina menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman. Dimana hubungan yang lebih mengarah pada masa depan jangka panjang sampai akhir hayat.
Mendengar ucapannya, Sulistina menyadari bahwa di balik sosoknya yang heroik dan keras, Bung Tomo hanyalah manusia biasa yang bisa jatuh cinta dan punya romantisme cinta yang indah untuk dirasakan. Tak berselang lama Bung Tomo setelah mengungkapkan cintanya kepada Sulistina, terjadilah hubungan sebagai pasangan kekasih antara keduanya.
Mereka berdua menjalin hubungan itu dengan penuh romantisme, sejak Januari 1936. Keduanya saling mencintai dan mengasihi satu sama lain, saling berbagi, mengisi, menasehati, dan mendoakan. Sejak keduanya berpacaran, hari - hari Bung Tomo berbeda dengan hari sebelumnya.
Hatinya tidak diisi dengan semangat heroisme perjuangan membela bangsa dan negaranya dari cengkeraman penjajah. Tetapi juga diisi oleh kasih sayang dari seorang perempuan. Bahkan Bung Tomo menyebut hidupnya sejak perkenalan dengan Sulistina sebagai roman perjuangan
Artikel ini pernah tayang di iNews id.
Editor : Mahesa Apriandi