Gaji Tak Manusiawi, Guru Honorer Nyambi Jualan Es Pisang Ijo
“Saya honorer 2005–2023 tak dapat uang pensiunan, rumah saja nggak punya… kerja untuk makan aja kurang, sekarang usia sudah tua… nggak punya rumah, nggak punya pensiunan. Nasib, nasib,” tulis akun Angel Gold.
Warganet lain, Imam M, menyoroti ketimpangan sosial: “Sementara pejabat terkait guru seperti ini cuek, nggak mikirin dan terus menumpuk harta kekayaan setinggi gunung. Bener nggak?”
Sementara itu, Wong Jowo menyebut seharusnya anggaran pemerintah cukup jika ada kemauan politik:
“Kalau 3000 honorer dijadikan 3 juta per bulan, dalam 1 tahun hanya 108 miliar. Tapi honorer cuma dianggap pelengkap kebijakan saja. Lihat aja anggaran DPRD yang nggak ada gunanya.”
Akun lain, Sabun Colek, menyindir keras sistem pendidikan:
“Negara pengen penerus bangsa pintar, tapi guru honorer digaji Rp300 ribu. Hanya di Indonesia ada guru honorer kerja magang setahun, pajak mahal, gaji kecil.”
Komentar-komentar ini menggambarkan betapa dalamnya kekecewaan publik terhadap sistem penggajian guru honorer yang dinilai tidak manusiawi. Hingga kini, belum ada langkah konkret dari pemerintah pusat maupun daerah untuk memperbaiki nasib para pendidik non-ASN ini.
Editor : Mahesa Apriandi