Willy Prakarsa dan Nafas Panjang Aktivis 98: Kritik yang Merawat Nurani Publik
“Bukan soal siapa yang kita pilih, tapi soal apakah kita masih peduli dengan konsekuensinya. Saya tidak lari dari tanggung jawab moral,” katanya.
Willy Prakarsa menunjukkan bahwa menjadi aktivis bukan sekadar bagian dari sejarah. Ia menjadikan aktivisme sebagai jalan panjang, yang tak berhenti di era Soeharto tumbang. Di tengah banjir informasi dan opini pesanan, suara seperti Willy menjadi semacam penyeimbang: jujur, reflektif, dan tetap berpihak pada rakyat kecil.
“Reformasi bukan selesai ketika istana berganti penguasa. Reformasi hanya hidup jika nurani rakyat tetap dijaga,” ucapnya.
Di tengah panggung politik yang semakin kehilangan rasa, Willy Prakarsa tampil sebagai pengingat: bahwa Aktivis 98 belum mati—dan masih punya utang kepada publik yang dulu mereka bela.
Editor : Mahesa Apriandi